Rabu, 05 Mei 2010

Tugas membuat contoh soal mapel PEP

Contoh Soal Pilihan Ganda
1. berikut ini yang bukam termasuk macam-macam najis dalah ….
a. najis mugalladzah
b. najis mukhafafah
c. air mustakmal
d. najis mutawasittah
2. ajaran kebersihan dan kesucian adalah ….
a. bertentangn dengan keindahan
b. dapat dipisahkan dengan keindahan dan kesehatan
c. tidak berhubungan dengan keindahan dan keehatan
d. pangkal kebersihan dan kesehatan
3. kewajiban berwudhu bagi oarang bagi arang yang berhada kecil diberlakukan ketika ....
a. keadaan sudah memungkinkan
b. telah memulai shalat
c. telah tiba waktu shalat
d. haendak melakukan shalat
4. berikut ini yang tidak termasuk dalam syarat wajib shalat lima waktu adalah ....
a. islam
b. muallaf
c. suci
d. berakal
5. Arti adzan secara bahasa adalah ....
a. seruan
b. larangan
c. imbauan
d. nyayian
6. makmum masbuk ialah sebutan bagi ....
a. imam yang terlambat
b. makmum yang terlambat mengikuti jamaah
c. makmum yang mendahului gerakan
7. shalat yang dilakukan oleh orang banyak dapat dikatakan berjamaah apabila ....
a. dilakukan dirumah
b. selesai tidak bersamaan
c. idak dilakukan dimasjid jami’
d. ada yangmenjadi imam dan yang menjadi makum
8. berikut ini yang bukan merupakan arti berdzikir menurut bahasa adalah ....
a. mengandao-andai
b. mengenang
c. mengingat-ingat
d. memikirkan
9. lafal do’a yang tidak pantas untuk di baca ialah ....
a. permohonah ilmu yang bermanfaat
b. permohonan kebaikan didunia dan akhirat
c. permohonan ampun untuk kedua orang tua
d. permohonan untuk mencelakan orang lain
10. zikir kepada Allah hendaknya dlakkan dengan....
a. tadaruk
b. tawaduk
c. khusyuk
d. khuluk

Contoh Soal Benar-Salah
11. perintah mandi besar ketika kita junub diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 5-6
-benar -salah
12. salat seseorang akan diterima oleh Allah apabila terpenuhinya syarat wajib dan syarat sah salat lima waktu
benar salah
13. kemampuan membaca al Qur’an dengan fasih menjadi prioritas ke-empat dalam memilih imam
benar salah
14. jika ada shalat berjamaah perenpuan namun di imami oleh seorang laki-laki dewasa maka hukumnya tetap sah
benar salah
15. berdo’a dengan suara yang keras merupakan salah satu adab berdo’a yang utama
benar salah

Contoh Soal Isian
16. makmum yang menyamakan gerakan Ahmad berhadas besar maka ia wajib mandi apabila ....
17. hal apa saja yang dapat membatalkan shalat yaitu ....
18. apabila shalat jamaah terdiri dari laki-laki dewassa, perempuan dewasa, anak perempuan, dan laki-laki, sgaf yang paing belakang itempati oleh ....
19. hukum shalat jamah dimasjid bagi kaum laki-laki adalah ....uraikan bagai mana cara orang yang bersuci dengan debu ....
20. orang yang mempu menghayat sbacaan takbir tidak akan bersikap ....

Contoh Soal Uraian
21. jelaskan inti dari do’a iftitaf (”allahuma ba’id baini ...”) .....
22. bagaimanakah memilih seorang imam untuk shalat berjamaah ?
23. ketika ada seorang imam yang batal ditengah shalat maka bagaimana sikap kita ?
24. bolehkah kita memohon kepada ruh orang yang sudah meninggal ?

contoh soal menjodohkan

25. termasuk syarat wajib shalat lima waktu
26. dalam mengerjakan shalat kita harus
27. waktu shalat berakhir ketika bayang-bayang benda sama panjang dengan
28. apabila kita lupa dalam jumla rakaat diganti dengan
29. sujud sahwi dilakukan ketika
a. bendanya
b. baligh
c. tartib
d. sebelum atau setela salam
e. sujud sahwi

Kamis, 08 April 2010

Kiamat 2012 adalah terjadinya Badai Matahari

Menurut Pak Bambang S Tedjasukmana dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bahwa fenomena yang akan muncul pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasar pada pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di berbagai negara maju yang sudah dilakukan sejak tahun 1960-an dan Indonesia oleh LAPAN telah dilakukan sejak tahun 1975.
Badai Matahari = Flare dan CME
Masih menurut ahli lain dari LAPAN, bahwa badai Matahari akan terjadi ketika adanya flare dan Corona Mass Ejection (CME). Apa itu Flare..? Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dahsyatnya menyamai 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Sedang CME adalah sejenis ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel2 berkecepatan tinggi yakni sekitar 400 km/detik.
Gangguan cuaca Matahari ini dapat mempengaruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS), dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia, misal karena magnet Bumi terganggu, maka alat pacu jantung juga akan terganggu.
Sedangkan tentang kiamat yang diramalkan suku maya, ada yang mengatakan hal itu tidak menyimpulkan soal kiamat. ”Itu merupakan ulang tahun khusus soal penciptaan,” kata David Stuart, seorang spesialis epigrafi Maya dari Universitas Texas di Austin, AS. ”Orang Maya tidak pernah mengatakan dunia akan berakhir, tidak pernah mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Mereka hanya mencatat peringatan masa depan di Monumen Enam.Kalender Hitungan Panjang milik Maya dimulai tahun 3114 sebelum Masehi. Kalender ini menandai siklus 394 tahunan sebagai Baktun. Angka tiga belas adalah angka penting dan sakral bagi Indian Maya. Suku ini memercayai Baktun ke-13 berakhir sekitar 21 Desember 2012.Apolinario Chile Pixtun, salah seorang tokoh dari Suku Mayan, membantah kalau kalender suku Mayan menyebutkan kiamat akan terjadi pada 2012, apalagi sampai menyebut tanggal dan bulan, yakni 21 Desember 2012. Berita itu, katanya, sungguh tidak benar dan jelas berita bohong.

Sementara jika meninjau fakta2 “ilmiah” yang dikatakan menyertai isu kiamat 2012 ini, sebagian besar juga meragukan. Sebut saja misalnya retaknya medan magnet Bumi, yang disebut-sebut telah mencapai panjang 160.000 km di angkasa sebagai South Atlantic Anomaly (SAA). Sementara fakta yang ada, SAA ini merupakan area dimana posisi sabuk radiasi van-Allen paling dekat dengan permukaan Bumi dan terjadi akibat perbedaan viskositas antara batuan kerak Bumi dan lapisan selubung dengan inti Bumi. Perbedaan viskositas membawa pada perbedaan kecepatan rotasi, yang (meski kecil sekali), memiliki beberapa efek, ya salah satunya munculnya SAA ini.
Sementara soal Yellowstone caldera yang dikatakan akan meletus dahsyat kembali (dengan memuntahkan tephra sedikitnya 2 juta km3, jika merujuk letusan terdahulu) guna mengikuti siklus letusan 600.000 tahun sekali, jika kita cek langsung ke USGS (yang langsung memonitor kaldera ini), ternyata Yellowstone memiliki periode letusan rata-rata 640.000 tahun. Jika kita “saklek” dengan angka ini, masih ada selang waktu 40.000 tahun bagi Yellowstone untuk meletus. Meski, dalam vulkanologi, yang namanya periode letusan rata-rata itu hanyalah menjadi patokan, bukan untuk keperluan prediksi apalagi peramalan. Sebut saja misalnya dengan Gunung Merapi di Jateng-DIY. Dalam perspektif vulkanologi, gunung ini seharusnya sudah meletus kembali karena periode letusannya 2 – 3 tahun (dengan letusan terakhir Juni 2006 silam), namun sampai kini gak ada aktivitas yang menunjukkan perkembangan ke sana.
Di Yellowstone, memang pada Januari lalu terekam adanya seismic swarm, alias rangkaian gempa2 vulkanik yang menjadi tanda migrasi magma. Namun selang waktu seismic swarm ini sangat pendek (hanya 2 minggu) sehingga tak bisa diterjemahkan sebagai adanya pasokan magma secara terus menerus yang sedang menembus kulit Bumi menuju ke permukaan kaldera. USGS menyebut seismic swarm berdurasi pendek ini biasa terjadi di Yellowstone caldera, demikian pula di kaldera2 lain yang ada di dunia baik mulai dari Toba (yang ini juga rutin direkam BMKG), Krakatau maupun yang paling muda seperti Pinatubo.

Sementara soal planet Nibiru, alias planet X itu, seperti pernah saya tulis, itu cuman mitos lama dari era Babilonia yang tak pernah bisa dibuktikan. Jika ada planet bernama Nibiru yang ukurannya hampir menyamai Saturnus itu, maka tentunya planet ini sudah nongol dalam pelat-pelat fotografis seabad silam ketika Clyde Tombaough dkk melakukan systematic search untuk menemukan Pluto. Apalagi dengan teknologi terkini dimana planet tidak hanya diobservasi dengan spektrum cahaya tampak semata, namun juga dengan inframerah, ultraviolet dan gelombang radio. Ketika teknologi astronomi masa kini bahkan demikian powerfull untuk menemukan sejumlah planet baru yang mengorbit bintang2 tetangga alias ekstrasolar planets, maka sulit diterima jika ada benda langit asing sebesar Saturnus yang masih bersembunyi dalam region tata surya kita, dalam rentang jarak dari orbit Pluto hingga kawasan awan komet Oort.

DAFTAR PUSTAKA
- http://www.matabumi.com/berita/tokoh-suku-mayan-membantah%3A-tidak-benar-kiamat-tahun-2012!!
- http://pakarfisika.wordpress.com/2008/12/05/isu-kiamat-2012-ternyata-badai-matahari/





KIAMAT 2012 ADALAH TERJADINYA BADAI MATAHARI

Paper ini di susun guna memenuhi tugas mandiri
mata kuliah ilmu alamiah dasar
Dosen Pengampu: Pak Panji




Di susun oleh :
Muhammad Ghozali
(Nim / kelas : 741252 / )


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009

Minggu, 04 April 2010

FUNGSI MANAJEMAN SEKOLAH

FUNGSI MANAJEMAN SEKOLAH
Paper ini disusun guna memehuni tugas mata kuliah kebijakan pendidikan
Dosen pembimbing :Drs. Nur Hamidi









Disusun oleh:

Muhammad ghozali ( 07410252)










PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010



FUNGSI MANAJEMEN

1. Perancanaan / planning
Perencanaaan adalah suatu proses mempersiapkan suatu rangkaian keputusan untuk megambil tindakan dimana yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal.menurut T Hani Handoko “perencanaan adalah pemiloan atau openetapan tujuan ,straregi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, system anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Manurut Indryi Gito dan Agus Mulyo (1996) langkah-langkah dalam perencanaan yaitu:
a. penentuan tujuan dengan memenuhi syarat sebagai berukut:manggunakan kata-kata sederhana,mempunyai fleksibilitas,mempunyai sifat stabilitas,ada dalam perimbangan sumberdaya dan,meliputio semua tindakan yang diperlukan.
b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik yang meluputi SDA,SDM danm sumber daya modal
c. Merumuskan kegiatan secara jelas dan tegas

Beberapa manfaat adanya perencanaan antaralain :
1. Menghasilkan rencana yang akan dapat dijadikan kerangka kerja dan pedoman penyelesaian.
2. Rencana yang menentukan proses yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
3. setiap langkah dapat diukur atau dibandingkan dengan hasil yang seharusnya dicapai
4. mencegah pemborosqan uang tenaga dan waktu
5. mempersempit timbunya ganguan atau hambatan.rencana itu akan daijadikan pedoman bekarja ,maka harus memenuhi persyaratan diantaranya;
6. perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara jelas.
7. perencanaan tidak perlu muluk-muluk tetapi sederhana,realistis,praktis hingga dapat dilaksanakan.
8. dijabarkan secara terperinci ,memuat uraian kegiatan dan urutan.
9. diupayakan agar memiliki fleksibilitas,sehingga memungkinkan untuk dimodifikasi
10. ada petunjuk mengenai kepentingan untuk bagia bidang
11. disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pemanfaaatan segala sumberdaya yang ada
12. diusahakan agar tidak terdapat duplikai pelaksanaan.

2. Pengorganisasian/organizing
Pengorgaisasian adalah usaha untuk mewujudkan kera sama antar menusia yang terlibat.hadari nawaei mengmukakan beberapa asas dalam organisasi yaitu:
a. orgabnisasi harusprofesional dalam pembagian satuan kerja
b. pengelompokkan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja
c. organisasi harus mengatur pelimpahan wewenangdan tanggung jawab
d. organisasi harus mencerminkan rentangan control
e. oprganisasi harus mengandung kesatuan perintah
f. organisasi harus fleksibel dan seimbang

Manfaat pengoganisasian\:
1. antar bidang yang satu denga yang lain dapat diketahui batas-batasnya ,serta dapat dirancang bagaimana anatar bagfian dapat melaksankan kerjasama sehingga tercapai sinkronisasi tugas
2. denganpenugasan yang hjelas terhadap orang-orangnya,masing-masing mengetahui wewenang dan kewajibannya
3. dengan menggambarklan unit-unit kegiatan dalam sebuah struktur organisasi dapat diketahui hubungan vertikal danhorisontal , baik dfalam jalur struktural maupun fungsional.

Sebuah organisasi harus memenuhi prinsip-prinsip sebagi berikut
1. memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan diterima oleh seluruh anggota sehingga dalam organisasi tersebut hanya tredapat satu kesatuan arah.
2. memiliki strktur organisasi yang:
a. menggambarkan adanya sutau perntah,adanya keseimbangan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
b. Sederhana agar mempermudah jalur dan tidak banyak orang terlibat dalam tanggung jwab
c. Semua kegiatan terbagi habis sehingga tidak satu pun kegiatan yang tidak tertangai,sebaliknya tidak ada satu kegiatan puny yang mendapat penanganan rangkap.

3. Pelaksanaan /actuating
Dalam hal ini,George R. Terrymengemuikakan bahwa actuating adalah usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan oleh karenanya para anggota juga ingin mencapai sasaran tersebut.

4. Pengarahan/directing
Pengarahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pemimpin untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas.
Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja berguna untuk menekan kan hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur kerja dan lain-lain, agar pelaksanaan pekerjaan bisa efektif dan efisien.pengarahan yang dilakukan selama melaksanakan tugas bagi orang –orang yang terlibat dimaksudkan untuk mengingatkan atau pun meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau penyimpangan.
Pengarahan dapat dilakukan dengan cara:
1. mengadakan orientasi sebelum seseorang melaksanakan tugas untuk mengenal tempat, situasi, alat kerja, kawan dan sebagainya.
2. memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan dengan secara lisan atau tertulis.
3. memberikan kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dei peningkatan usaha bersama.
4. mengikut sertakan pegawai dalam membuat perencanaan
5. memberka nasehat apabila seseorang pegawai mengalami kesulita dalam melaksanakan tugas

5. pengkordinasian/coordinating
pengkordinasian adalah suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur , menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan.
Pegiatan pengkordinasian perlu dilakukan pimpinan agar;
1. diperoleh kekuatan yang menyatu dan integral
2. tidak terdapat kesimpangsiuran kegiatan baik dalam bentuk, arah,waktu pelaksanaan kerja
3. tidak terdapat konkuransi antar bagian dan terjalin hubungan yang sehat dan saling membantu.

Pengkoordinasian ini bisa dilakukan baik yang bentuknya langsung pada kegiatan melaksanakan tugas maupun secara tidak lengsung berupa kondisi yang menunjang bentuknya antara lain:
1. menciptakan kondisi rukun antar pegawai
2. membiasakan adanya kerja saing membantu
3. mengadakan pertemuan berkala untuk mebicarakan kemajuan kerja,kesulitan,pengajuan ide dan sebagainya
4. memberikan contoh kerjasama denganpemimpin ekolah lain atau dengan lembaga-lembaga ein sedemikian rupa dan tampak adanya nilai keuntungan sehingga staf sekolah yang lein merasa ingin meniru




6. komunikasi
komunikasi adalah suatu usaha yang dilakukan leh pemimpin lembaga untuk menybarluaskan informasi yang terjadi didalam maupun hal-hal diluar lembaga yang ada kaitannya dengankelancaran tugas mencapai tujuan bersam.
Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengkordinasian, karena komunikasi yang baik bukan terjadi satu arah namun dari dua arah.
Cara-cara yang digunakan antara lain:
1. memberi pengmuman yang ditempel di papan pengumuman atau secara lisan
2. dengan menerbitkan buletin yangmemuat informasi
3. dengan pertemuan rutin yang bersifat kekeluargaan atau kedinasan

7. pengawasan/controlling
pengawasan adala usaha pmpinan untuk mengetahuio semua hal yangmenyangkut pelaksanaan kerja ,khususnya untuk mengetahui kelancaranpara pegawai dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan,.
Menurut T Hani Handokobahwa proses pengawasan mempunyai 5 tahapan yaitu:
a. penetapan standar pelaksanaan
b. penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
c. pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
d. pembanding pelaksanaan kegiatan denga standar dan penganalisaanpenyimpangan-penyimpangan
e. penganbilan tidakan koreksi bila diperlukan

Tujuan utama pengawasan adalah agar dapat diketahui secara singkat pencapaian tujuan dan menghidarkan terjadinya penyelewengan.
Pengawasan itu perlu dilakukan agar jalan nya pelaksanaan kerja dapat diketahui tingkat penyampaiannya ke tujuan dan agar tidak terjadi penyimpangan.
Hal-hal yang perlu di[perhatikan dalam kegiatan pengawasan adalah:
1. pekerjaan pengawasan tidak boleh dilakukan sebagi pekerjaan semata-mata tetapi harus terbuka dan terang-terangan
2. dilakukan teradp semua bawahan
3. harus objektif, tidak diserta rasa semtimen pribadi
4. dilakukan bukan hanya denagn pegamatan melalu mata tetapi juga dengan indra-indra yang lain.
5. dilakukan disegala tampat dan waktu
6. menggunakan catatan ecarmat mungkin agar dat a yang terkumpul dapat lengkap, ntuk menghindari subjektivitas
7. jika ternyata ditemukan penyimpangan harus egera ditangani.


Daftar pustaka
-Ulmunir,misbah. ”menejemen pendidikan”fakultas tarbiyah UIN SUKA yogyakarta 2010
-http//mtsm.blogspot.com

Selasa, 30 Maret 2010

MODEL PERENCANAAN SISTEM PAI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen pengampu: Lailaturrahmah



Disusn oleh:
Muhammad ghozali
Nim/ Kelas: : 0741252/pai 6

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010

1. Latar belakang masalah

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan pasti yang dipikirkan oleh kita terlebih dahulu adalah tentang rencana seperti apa kegiatan yang akan kita lakukan. Suatu perencanaan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan yang akan kita kerjakan.terlebih lagi jika kita kan melakukan suatu kegiatan pengajaran yang mana kegiatan pengajaran ini merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen seperti guru, siswa, kurikulum, serta organisasi kependidikan, begitu beanyaknya komponen-komponen yang ada dalam sebuah kegiatan pembelajaran maka kita juga dituntut untuk lebih cermat lagi dalam menyusun suatu rencana pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai sdengan yang kita harapkan. Karena bagitu pentingnya sebuah perencanaan dalam suatu proses pambelajaran, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang seperti apa model perencaan yang dapat diterapkan bagi suatu pembelajaran.

2. Rumusam masalah
1. Apakah arti perancanaan?
2. Model perancanaan yang sering diterapkan pada pembeajaran seperti apa?

3. Pendahuluan
Perancanaan merupakan penyusunan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu perencanaan dapat disusun berdasarkan jangka waqktu tertantu yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka penjang. Sedangkan menurut luas jangkauannya yaitu perencanaan makro dan mikro. Sedangkan menurut wewenangnya pembuatannya yaitu sentralisasi dan desentralisasi: dan menurut telaah yaitu perencanaan operasional, serta menurut keterlibatan seseorang dibedakan menjadi perencanaan individual dan perencaaan partisipatoris.
Sebelum membahas model perencanaan PAI lebih jauh maka tidak lupa kita mengetahui dulu apa itu perencaaan.? Perencaaan sendiri menurut Ulbert Silalahi mengatakan bahwa perencanaan adalah kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk memaksimlakan efisiansi dan efektifitas pencapaian tujuan .
Sedangkan William H. Newman dalam Abdul Majid: mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari. Secara lebih luas perencanaan oleh Bintoro Tjokro Amidjidjo di definisikan sebagai berikut:
1. peremcanaan dalam arti seluas-luasnya tidak ini adalah proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
2. perencanaan adalah suatu cara bagaimana mancapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif
3. perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.

Suatu perencanaan terdapat 5 hal pokok sebagai berikut:
1. Ada tujuan yang hendak di capai.
2. Ada rangkaian tujuan yang tersusun secara sistematis.
3. Ada sumberdaya manusia yang akan melakasanakan rencana yang disusun untuk mencapai tujuan
4. Penetapan jangka kapan rencana akan dilaksanakan
5. penterjemahan rencana kedalam program yang kongkrot dan nyata serta mudah di publikasikan.

4. Model-model perencanaan pengajaran
Pada sistem pengajaran kita dihadapkan tiga buah pertanyaan penting yakni bagaimana cara mendesain suatu program, struktur program, pola pengajaran apa yang akan diterapkan.ketiga pertanyaan tersebut perlu mendapat jawaban yang jelas sedangkan jawaban tersebut tentu saja akan saling mengait satu sama lain.

Model Perencanaan versi PBTE
Pengembangan program pengajaran ini di kembangkan dengan pendekatan sistemik.pendekatan ini mempertimbangkan semua faktor dari komponen yang ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara efisian dan efektif. Berdasarkan pola tersebut pendekatan tersebut maka sistem pengajaran dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:

Langkah kesatu
Merumuskan asumsi-asumsi secara jelas, eksplisit dan khusus. Asumsi tersebut dirumuskan berdasarkan pada pokok-pokok pikiran yang bertalian dengan:
a. keyakinan tentang masyarakat pendidikan, dan belajar
b. pendangan tentang paranan guru dalam sistem instruksional
c. panjabaran ciri-ciri khusus dan berbaga hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program

Semua asumsi tersebut dirumuskan oleh desainer dengan berdiskusi bersama pihak yang memberikan sumbangan terhadap pengembangan program tersebut

lagkah kedua
Mengidentifikasi kompetensi kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus, divalidasikan, dan dites dalam hubungan dengan keberhasilan belajar mengajar, yaitu sebagi berikut
a. menerjemahkan pelaaran yang telah menjadi sejumlah kompetensi yang tujuan tingkah lakunya harus dieliti kembali
b. pendekatan analisis tuga tugas yang harus dikerjakan
c. endekatan kebutuhan siswa disekolah berdasarkan ambisi, nilai dan perspektif para siswa
d. pendekatan kebutuhan masyarakat
e. pendekatan teorirtis yang disusun secara logis dan melalui pemikiran deduktif dalam kerangka ilmu tentang tingah laku manusia
f. pendekatan cluster yang disusn berdasaran program umum yang biasa berlalu berlangsung.

Langkah ketiga
Merumuskan tujuan-tujuan secara deskriptif. Kompetensi yang telah ditentukan selanjutnya dirumuskan lebih khusus lebih eksplisit menjadi tujuan-tujuan yang dapat damati dan dapat dukur berdasayrkan kriteri tertentu

Langkah keempat
Menentukan tingkat kriteria dan jenis assement berdasarkan kriteria tersebut dapat ditentukan keberhasilan tentang sejauh mana sesuatu tujuan telah tercapai .

Langkah kelima
Pengelompokkan dan penyusunan tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan psikologis untuk mencapai maksud-maksud pengajaran. Dalam hal ini perlu diperhatikan struktur isi pelajaran, lokasi, dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan dan kebutuan psikologis guru.

Langkah keenam
Mendesain strategi pengajaran. Penentuan strategi pangajaran didasarkan pada kompetensi-kompetnsi yang handak dikembangkan. Beberapa strategi dapat saja dirancang oleh guru misalnya ceramah, modul dan sebagainya.

Langkah ketujuh
Mengorganisasikan sistem kelas. Sistem pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai alternatif kegiatan yang akan dilakukan seperti pengjaran pengajaran individual, care program pengajaran unit dan sebagainya.

Langkah kedelapan
Mencoba program. Tujuannya adalah untuk mentes efektivitas strategi pengjaran, kemantapan alat assement, efektifitas sistem pengelolaan kelas dan sebagainya.

Langkah kesembilan
Menilai desain pengajaran. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek antara lain tujuan, tingkat kriteria assement, strategi pengajaran dan organisasi sistem peneglolaan.

Langkah kesepuluh
Memperbaiki kembali program. Berdasarkan umpan balik yang diperoleh melalui penilaian yang telah dilakukan sebelumnya, maka jika perlu dilakukan beberapa perbaikan dan perubahan.

Jadi kesepuluh langkah kerja ini merupakan suatu flow chart yang perlu untuk memperoleh suatu desain pengajaran yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
 Supardiman., dkk., 2010 Perencanaan Penddikan.Jakarta; Diadit Media
 Hamalik, Oemar.2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bandung; Bumi Aksara

Sabtu, 27 Maret 2010

EDUCATION FOR ALL

EDUCATION FOR ALL

Pendidikan bukan hanya hak sang raja namun juga si papa, bukan hanya yang gemerap harta namun juga yang tak punya apa-apa.

Pengertian
EFA (education for all) adalah pendidikan yang merata untuk semua lapisan masyarakat , tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan.pendidikan adalah hak warga Negara tanpa kesuali baik berupa pendidikan formal maupun non formal.hal tersebut diatur dalam UUD ’45 pasal 31

Relita lapangan
EFA belum terealisasi,kenyataannya masih banyak yang belum mengenyam pendidikan,karena:
1. mesih terdapat diskriminasi.ini dalah warisan masa lalu pada zaman feodal, dimana pendidikan pada zaman tersebut hanya untuk priyayi,karena penyelenggara pendidikan adalah penjajah.jadi ketika mereka mempunyai murid dari kelangan priyayi yang sangat berpengaruh ditengeh masyarakat maka akan mempermudah mempengaruhi pola pikir melalui pendidikan.
2. tidak ada rasa keadilan pendidikan. Pendidikan di yogyakarta pasri berbeda dengan endidikan di papua. Penyebabnya antara lain kekurangan perhatian pada daerah terpencil.orang-orang yang tedidikpun tidak terpencar dan hanya berada di kota-kota besar
3. terbelenggu oleh BHP sehingga pemerintah terkesan lepas tangan terhadap masalah pendidikan.
4. arus ada pemerataan. Antara lain dengan beasiswa , mnamun teryata banyak yang tidak tepat sasaeran karena beasiswa itu didapat oleh pihak yang pintar berstrategi.

Solusi yang ditawarkan:
pemerataan tenaga ahli.para sarjana tidak hanya dikota-kota besar saja tetapai juga harus memajuka daerah lain yang mesih tertinggal .misalnya: dari Jakarta, Yogyakarta ke kota lain seperti pedalaman sumatra dan papua.
1. subsidi silang. Subsidi silang bukanlah pendidikan gratis namun susdi silang ini adalah meningkatka pendidikan dengan kemampuan orang tua siswa.sehingga pelaksanaan pendidikan tetap berjalan dengan fasilitas yag tercukupi.
2. kesadaran masyarakat ankan pentingnya pendidikan.sehingga tidak ada lagi diskriminasi . namun tetap terjaga rasa kepercayaan kepada pendidikan.
3. memperbaiki profesionalisme guru
4. masyarakat peka terhadap pendidikan.
5. sadar pentingnya pendidik

(RASIDA F M 107.7 FM)TUGAS KUNJUNGAN RADIO

TUGAS KUNJUNGAN RADIO
(RASIDA F M 107.7 FM)

Profil
A.Profil Rasida
NAMA RADIO : RADIO SIARAN DAKWAH (RASIDA FM
TANGGAL BERDIRI : 12 MARET 2002
STATUS : RADIO KOMUNITAS
FREKUENSI : 107.7 FM
COVERAGE AREA : SEPUTARAN UIN, JAKAL KM 6, JALAN WONOSARI, MALIOBORO.
ALAMAT : LANTAI 2 GEDUNG MULTI PURPOSE UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

B. BIOGRAFI RADIO
Gagasan didirikannya Radio Siaran Dakwah bermula dari adanya kebutuhahan mahasiswa dan dosen fakultas dakwah dalam mendukung proses kegitan belajar mengajar .Dengan berbekal semangat dan harapan yang tinggi , maka dibentuklah radio laboratorium dakwah .
Radio laboratorium Dakwah dimanfaatkan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang kepenyiaran . Dengan kemampuan tersebut mahasiswa diharapkan dapat mengemas cara berdakwah yang sesuai dengan bidang kepenyiaran.
Selanjutnya radio laboratorium Dakwah dapat On Air dan dikenal Mahasiswa UIN dengan nama Rasida FM. Rasida FM dikelola oleh mahasiswa fakultas dakwah dibawah koordinasi Pusat Pengembangan Teknologi Dakwah (PPTD)
C. Kegiatan-kegiatan Rasida FM
Rasida FM saat ini sudah dikenal oleh hampir seluruh citivitas akademika UIN Sunan kalijaga dan bahkan dilibatkan dalam kegiatan mereka, seperti
• MELIPUT KEGIATAN OSPEK TAHUN 2005
• MENJADI MC OSPEK 2005 SEKALIGUS MEMBUAT JINGLE OSPEK 2005
• PEKAN ILMIAH NASIONAL USHULUDIN
• TRAINING PELATIHAN RADIO BERSAMA BEM FAK. DAKWAH 2005
• MENSPONSORI DAN MC KEGIATAN JOGJA MUSIK KAMPUS
• MENSPONSORI UKM EXPO 2006,2007, DAN TAHUN 2008
• WORKSHOP RADIO 2007
• STUDI BANDING KE PRIMA FM
• KERJA SAMA DENGAN PRIMA FM DALAM PROGRAM ACARA PITUNG MENITAN DIBULAN RAMADHAN TAHUN 2007
• KERJA SAMA DENGAN KOPMA DALAM ACARA BUKA BARENG DENGAN ANAK JALANAN (RAMADHAN 2007)
• SPONSOR KEGIATAN DENTING RAMADHAN2007 OLEH LEMBAGA DAKWAH MASJID (LDM) 2
• BEKERJASAMA DENGAN DENGAN INTERNEWS JAKARTA DAN VHR
• PRATIKUM MAHASISWA DAKWAH
• DAN BERBAGAI KEGIATAN OFF AIR.

TENTUNYA HAL INI MEMBUKTIKAN BAHWA KEBERADAAN RASIDA FM TIDAKLAH SIA-SIA. SELAIN ITU PENYIAR RASIDA FM SUDAH BERHASIL MENITI KARIR DI RADIO KOMERSIL, SEPERTI:
• ZULPAKAR SEBAGAI PENYIAR, PRODUSER ACARA DAN MUSIC DIRECTOR DI RADIO SASANDO FM
• NOVIQ SEBAGAI PENYIAR, KEPALA PRODUKSI DAN KARYAWAN DI RADIO SALMA KLATEN
• RIFQI SEBAGAI PENYIAR, REPORTER, OPERATOR DI RAMA FM
• M. ARIFIN SEBAGAI PENYIAR DAN REPORTER DI RADIO EDUKASI MILIK DIKNAS (SEKARANG MASIH MENJABAT SEBAGAI GENERAL MANAGER RASIDA FM)
• JONNIE SEBAGAI PENYIAR DI RADIO AM SATU NAMA.
• RONY YAHYA SEBAGAI PENYIAR DI RADIO MQ FM YOGYAKARTA.
• DAN MASIH BANYAK LAGI.
D. VISI :
”UNGGUL DAN TERKEMUKA DALAM SIARAN RADIO YANG ISLAMI DAN MODERN”


E. MISI :
• MEMAJUKAN DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DALAM BIDANG KEPENYIARAN DAN MANAJEMEN RADIO
• MENGEMBANGKAN DAN MENGELOLA RADIO LAB DAKWAH MENJADI RADIO KOMUNITAS ,RADIO KOMERSIL DENGAN MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ISLAMI DAN UMUM
• MEMBANGUN KEPERCAYAAN DAN KERJA SAMA DENGAN BERBAGAI PIHAK DAN MENINGKATKAN KUALITAS MANAJEMEN RADIO DAN KEPENYIARAN


F. Fungsi dan tujuan :
• Menghasilkan sarjana fakultas Dakwah yang unggul dalam bidang kepenyiaran yang intergratif dan interconective.
• Menjadikan Rasida FM sebagai pusat informasi, pendidikan, hiburan dan sebagai ajang kreativitas Mahasiswa.
• Terbangunnya jaringan yang kokoh dan fungsional dengan pihak-pihak terkait.

TOKOH TOKOH DALAM DUNIA PENDIDIKAN

TOKOH TOKOH DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Resume ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen pengampu: Bu Istiningsih






Disusn oleh:
Muhammad ghozali
Nim/ Kelas: : 0741252/pai 6




PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010


A. Al-Farabi

a.Sekilas tentang al farabi
Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh al-Farabi atau yang biasa dikenal dengan al-Farabi lahir di Wasij, sebuah dusun kecil di kota Farab, Propinsi Transoxiana, Turkestan, sekitar tahun 890. Dia berasal dari keluarga bangsawan-militer Turki.Al-Farabi melewatkan masa remajanya di Farab. Di kota yang mayoritas mengikuti mazhab Syafi’iyah inilah al-Farabi menerima pendidikan dasarnya. Dia digambarkan sejak dini memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari.Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmetika dasar.
Setelah menyelesaikan studi dasarnya, al-Farabi pindah ke Bukhara untuk menempuh studi lanjut fiqh dan ilmu-ilmu lanjut lainnya. Pada saat itu, Bukhara merupakan ibu kota dan pusat intelektual serta religius dinasti Samaniyah yang menganggap dirinya sebagai bangsa Persia. Pada saat al-Farabi di Bukhara, Dinasti Samaniyah di bawah pemerintahan Nashr ibn Ahmad (874-892). Munculnya Dinasti ini menandai munculnya budaya Persia dalam Islam. Pada masa inilah al-Farabi mulai berkenalan dengan bahasa dan budaya serta filsafat Persia. Juga di Bukhara inilah al-Farabi pertama kali belajar tentang musik. Kepakaran al-Farabi di bidang musik dibuktikan dengan karyanya yang berjudul Kitab al-Musiqa al-Kabir atas permintaan Abu Ja’far Muhammad ibn al-Qasim, Wazir Khalifah al-Radhi tahun 936.
Sebelum dia tenggelam dalam karir filsafatnya, terlebih dahulu dia menjadi seorang qadhi. Setelah melepaskan jabatan qadhinya, al-Farabi kemudian berangkat ke Merv untuk mendalami logika Aristotelian dan filsafat. Guru utama al-Farabi adalah Yuhanna ibn Hailan. Di bawah bimbingannya, al-Farabi membaca teks-teks dasar logika Aristotelian, termasuk Analitica Posteriora yang belum pernah dipelajari seorang Muslim pun sebelumnya di bawah bimbingan guru khusus. Dari fakta ini diyakini bahwa al-Farabi telah menguasai bahasa Siria dan Yunani ketika belajar kitab-kitab Aristoteles tersebut karena kitab tersebut baru diterjemah ke dalam bahasa Arab pada tahun-tahun setelah al-Farabi mempelajarinya dalam bahsa aslinya.
Setelah dari Merv, bersama gurunya ia berangkat ke Bagdad sekitar tahun 900. Pada masa kekhalifahan al-Muqtadir (908-932), bersama gurunya ia berangkat ke Konstantinopel untuk lebih memperdalam filsafat. Tapi, sebelumnya ia sempat singgah beberapa waktu lamanya di Harran. Pada rentang tahun 910-920 ia kembali ke Bagdad dan di sana ia menemui Matta ibn Yunus, seorang filosof Nestorian, telah memiki reputasi yang tinggi dalam bidang filsafat dan mampu menarik minat banyak orang dalam kuliah-kuliah umumnya tentang logika Aristotelian. Segera ia bergabung menjadi murid Matta. Akan tetapi, kecemerlangan al-Farabi dengan singkat mampu mengatasi reputasi gurunya dalam bidang logika.
Pada akhir tahun 942, ia pindah ke Damaskus karena situasi politik Bagdad yang memburuk. Dia sempat tinggal di sana selama dua tahun dimana waktunya siang hari digunakan untuk bekerja sebagai penjaga kebun dan malam hari dihabiskan untuk membaca dan menulis karya-karya filsafat. Dengan alasan yang sama, ia pindah ke Mesir untuk pada akhirnya kembali lagi ke Damaskus pada tahun 949. Selama masa tinggal di Damaskus yang kedua ini al-Farabi mendapat perlindungan dari putra mahkota penguasa baru Siria, Saif al-Daulah (w. 967). Dalam perjumpaan pertamanya, Saif al-Daulah sangat terkesan dengan al-Farabi karena kemampuannya dalam bidang filsafat, bakat musiknya serta penguasaannya atas berbagai bahasa. Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Akhirnya, pada bulan Desember 950, ia meninggal dunia di tempat ini (Damaskus) pada usia delapan puluh tahun.
b. Konsep Pendidikan Manusia Sempurna menurut Al-Farabi,
Dalam pandangan Al-Farabi, pendidikan merupakan media untuk mendapatkan serangkaian nilai, pengetahuan, dan keterampilan praktis bagi individu dalam periode dan budaya tertentu. Tujuan akhirnya, membimbing individu untuk menuju kesempurnaan.
manusia diciptakan guna mencapai kesempurnaan. Sementara, kesempurnaan tertinggi adalah kebahagiaan. Menurut Al-Farabi, manusia yang sempurna adalah mereka yang telah mengetahui kebajikan secara teoretis dan menjalankannya dalam praktik keseharian.

Pendidikan, menurut Al-Farabi, harus menggabungkan antara kemampuan teoretis dari belajar yang diaplikasikan dengan tindakan praktis. Kesempurnaan manusia, kata dia, terletak pada tindakannya yang sesuai dengan teori yang dipahaminya. Ilmu tidak akan mempunyai arti kecuali jika ilmu itu dapat diterapkan dalam kenyataan dalam masyarakat. Jika tidak diterapkan maka ilmu itu tak berguna. Singkatnya, kata Al-Farabi, seseorang menjadi sempurna jika ia mempraktikkan ilmunya dalam tataran praktis. Lebih lanjut Al-Farabi menyatakan, saat kebajikan teoretis dan moral berpadu dengan kekuasaan, lahirlah penghargaan masyarakat kepada individu itu. Saat kaum terpelajar mengambil tanggung jawab kepemimpinan politik, ia yakin mereka bisa menjadi panutan.Sebab, kaum terpelajar memiliki kebajikan teoretis dan moral praktis. Menurut Al-Farabi, mereka menyatukan nilai-nilai moral dan estetika dalam menjalankan kepemimpinan politiknya. Kondisi dan perilaku seperti itulah yang mestinya dimiliki kaum terpelajar dan intelektual. Dengan pandangannya yang seperti itu, Al-Farabi menekankan terwujudnya suatu kesempurnaan dalam ranah pendidikan. Yaitu, meleburnya pengetahuan intelektual dan perilaku yang saleh. Saat pemimpin politik tak berada di tangan kaum terpelajar, maka akan lahir bahaya besar.
Ini sangat beralasan, kata Al-Farabi, sebab seorang pemimpin tentu harus menjalankan kepemimpinannya dengan benar. Jadi, pendidikan itu sama seperti tubuh membutuhkan makanan dan kapal harus memiliki kapten. Menurut Al-Farabi, para pemimpin politik harus memiliki keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu wilayah yang dipimpinnya. Tapi, kerja para pemimpin politik mestinya tak terbatas pada organisasi dan manajemen wilayah. Mereka harus mampu mendorong orang saling membantu dalam kebajikan dan mengatasi kejahatan. Tak hanya itu, jelas Al-Farabi, mereka juga harus menggunakan keahlian politiknya untuk melindungi praktik kebajikan. Jadi, wilayah yang dipimpinnya sarat kebajikan.

Al-Farabi mengungkapkan, di antara karakteristik pemimpin politik yang harus ada adalah mampu dimintai pendapat. Dengan kata lain mereka mempunyai kapasitas intelektual untuk memberi solusi yang adil dan bijak.Tingkat keamanan suatu wilayah, menjadi cerminan keseimbangan moral. Ketika perilaku moral masyarakat menurun, kenyamanan wilayah itu mengalami gangguan. Jadi, jelas Al-Farabi, terciptanya moral yang baik juga merupakan bagian mendasar dari penyelenggaraan pendidikan
.
Al-Farabi menyimpulkan, pendidikan yang berhasil sangat berkorelasi dengan kondisi moral yang baik. Terkait soal moral ini, ia mendefenisikan moral sebagai keadaan pikiran tempat manusia melakukan perbuatan yang baik. Juga, memiliki sifat etis atau rasional.

Selain mengaitkan pendidikan dengan kepemimpinan politik dan kondisi moral masyarakat, Al-Farabi juga menegaskan pembuatan hukum pun memiliki kaitan erat dengan pendidikan. Ia menilai bahwa pembuat hukum juga bisa dianggap sebagai penguasa.

Terkait masalah hukum, Al-Farabi mengatakan, hukum harus mempunyai fungsi pendidikan. Artinya, pembuat hukum harus taat hukum. Dengan demikian, menaati hukum bukan hanya diwajibkan kepada masyarakat baik awam maupun intelektual.Di sisi lain, pembuat hukum juga mestinya merupakan figur-figur yang memiliki moral terpuji. Menurut Al-Farabi, pembuat hukum harus terikat dengan hukum yang dibuatnya, sebelum mereka mengharapkan orang lain menaati dan menjalankan hukum yang dibuatnya itu.

Masyarakat, jelas Al-Farabi, tak akan mengikuti hukum jika para pembuat hukum sendiri mengabaikannya. Singkatnya, hukum memiliki fungsi pendidikan karena mengarah pada upaya penanaman kebajikan di dalam masyarakat.Untuk tujuan itu, ungkap Al-Farabi, para pembuat hukum harus telah mendapatkan pelatihan sejak dini dalam urusan negara dan tujuan pembuatan hukum harus sesuai ketentuan Allah SWT. Menurut dia, para nabi merupakan perintis praktik hukum.

Sedangkan fungsi khalifah, jelas Al-Farabi, adalah memainkan peran pendidik yang sebelumnya dilakukan oleh para nabi. Dalam pemikirannya tentang pendidikan, ia pun menekankan agar kaum terpelajar tak hanya berdiam di menara gading.Mestinya, mereka tak terbuai oleh pemikiran-pemikiran yang tak membumi. Menurut Al-Farabi, mereka mestinya mampu mengamalkan segala hasil pemikirannya untuk memecahkan masalah dan mewujudkan kemajuan bagi masyarakatnya, di tempat mereka tinggal dan hidup.

Tak heran jika Al-Farabi menyatakan, kesempurnaan teoretis dan praktik dari pengetahuan yang dimiliki seseorang hanya bisa diperoleh dalam masyarakat. Sebab, kehidupan di suatu masyarakatlah yang bisa membuat seseorang mempraktikkan ilmunya.Bila kaum terpelajar memutus sama sekali kaitan dengan masyarakat dan berada di luar mereka, ujar Al-Farabi, maka kemungkinan mereka hanya belajar untuk menjadi sosok yang liar tanpa kendali. Dalam konteks ini, ia ingin mewujudkan masyarakat ideal melalui pendidikan.Al-Farabi memasukkan pula seni sebagai salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan dalam proses pendidikan. Ia menilai, kesempurnaan dalam teori dan praktik seni merupakan salah satu ekspresi kebijaksanaan. Sebab, ungkap Al-Farabi, orang bijak adalah mereka yang sangat mahir dalam bidang seni dan mencapai kesempurnaan di dalamnya. Ia menambahkan, pendidikan juga harus mampu menggali bakat alami yang dimiliki seseorang.

Optimalisasi indera juga mendapatkan perhatian Al-Farabi. Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal demikian. Menurut Al-Farabi, indera merupakan perangkat awal menangkap ilmu pengetahuan. Lalu, pengetahuan itu diubah menjadi konsepsi intelektual melalui imajinasi.Menurut Al-Farabi, jiwa memahami apa pun yang mengandung unsur imajinasi. Ia menjelaskan, meski indera berkaitan dengan pengetahuan, namun indera hanya salah satu instrumen untuk menyerap pengetahuan. Akal manusialah yang memiliki potensi pemahaman.

Bagi Al-Farabi, pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu. Tanpa pendidikan, seseorang tak dapat mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hidup. Dengan demikian, pendidikan harus tersedia bagi semua orang tanpa memandang strata sosial mereka.

Namun, metode pengajaran dalam pendidikan harus disesuaikan menurut kelompok tertentu. Al-Farabi mengatakan, ada dua metode dasar pendidikan. Pertama adalah metode yang disesuaikan untuk rakyat biasa dengan langkah persuasif. Menurut Al-Farabi, metode persuasi merupakan metode membujuk pendengar dengan hal-hal yang logis dan memuaskan pikirannya tanpa mencapai kepastian. Bujukan akan tercapai ketika pendengar melakukan hal-hal yang dia yakini adalah benar.Dalam praktiknya, metode persuasif dapat dilakukan melalui pidato dan kegiatan bersama-sama antara guru dan murid. Metode persuasif cocok untuk mengajarkan mata pelajaran seni dan kerajinan.

Sedangkan, metode kedua adalah demonstratif. Pengajaran dengan metode kedua ini dapat dilakukan melalui pidato. Dengan metode ini, jelas Al-Farabi, guru berpidato untuk menerangkan mata pelajaran yang diajarkannya, seperti mengajarkan teori-teori tentang kebajikan dalam masyarakat.

Selain itu, Al-Farabi juga mengikuti model yang pernah diajarkan oleh filsuf Yunani, Plato. Ia menggunakan metode dialog atau perdebatan. Ia menekankan pula pentingnya diskusi dan dialog dalam pengajaran. Dalam konteks ini, ia memperkenalkan dua hal baru, yaitu argumen dan wacana.

Metode wacana dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ilmiah tentang suatu hal. Lalu, orang-orang akan didorong untuk memecahkan masalah ilmiah tersebut. Sedangkan, metode argumen digunakan untuk memenangkan debat atas lawan bicara.Bahkan, metode ini juga bertujuan agar lawan bicara memercayai gagasan yang sebelumnya mereka tolak. Al-Farabi mengungkapkan, metode argumen cocok untuk mengajar orang-orang yang keras kepala. Untuk mengajar masyarakat umum, sebaiknya gunakan metode yang paling dipahami. Al-Farabi menuliskan semua metode pengajaran tersebut dalam bukunya yang berjudul Al-Alfaz.

B. Mohammad Natsir
a. Biografi Mohammad Natsir
Mohammad Natsir berasal dari Tanah Minang. Ia lahir pada tanggal 17 Juli 1908, di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Orangtuanya adalah pasangan Idris Sutan Saripado dan Khadijah. Setelah menikah Natsir mendapat gelar “Datuk Sinaro Panjang”.
Masa kecilnya dihabiskan di beberapa tempat. Awalnya di Maninjau bersama keluarganya. Kemudian ia tinggal di Padang bersama makciknya beberapa bulan. Setelah itu kembali ikut keluarganya yang pindah ke Solok. Kemudian Natsir diajak Kakaknya kembali tinggal di Padang hingga menyelesaikan MULO[2]. Setelah itu Natsir merantau ke Bandung Jawa Barat guna meneruskan sekolahnya ke AMS. Di Bandung inilah Nastir berkenalan dengan Ustadz A. Hassan yang kemudian menjadi gurunya.
Tamat AMS tahun 1930 dengan nilai baik, Natsir berhak mendapatkan beasiswa ke Fakultas Hukum Jakarta atau Fakultas Ekonomi di Rótterdam Belanda. Namun Natsir memutuskan tidak mengambil keduanya. Ia malah menjadi redaktur majalah Pembela Islam dan kemudian mendirikan sekolah bernama Pendidikan Islam (Pendis). Sepuluh tahun (1932-1942) Natsir berjuang mengelola Pendis hingga dapat membuka sekolah hingga tingkat MULO. Namun akhirnya Jepang datang dan menutup semua sekolah partikelir, termasuk Pendis.
Di masa pendudukan Jepang, Natsir menjabat Biro Pengajaran Kota Bandung. Selain itu ia juga memimpin sebuah perkumpulan bernama Majlis Islam, tempat berkoordinasinya para guru, khatib dan ulama di wilayah Kotapraja Bandung. Ketika Jepang membentuk Masyumi -sebuah perkumpulan yang dibentuk Jepang untuk berhubungan dengan ummat Islam- Natsir ikut menjadi pengurusnya. Tahun 1945 Jepang mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta. Di Sekolah Tinggi pertama di Indonesia itu Natsir menjadi sekretarisnya. Ketika menjadi sekretaris STI ini Natsir kerap bolak balik Bandung – Jakarta. Iapun mulai banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan semacam Prawoto Mangkusasmito, Kahar Muzakkir dan tentu Mohammad Hatta.
Ketika peristiwa kemerdekaan terjadi, Natsir berada di Bandung. Pasca kemerdekaan, Natsir menduduki beberapa jabatan penting, yaitu: Anggota Badan Pekerja KNIP (1945-1946), Menteri Penerangan (1946-1949), Ketua Umum Partai Masyumi (1949-1958), Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951), Anggota Parlemen Republik Indonesia (1950-1958), dan Anggota Konstituante Republik Indonesia (1956-1958).
Setelah konstituante dibubarkan oleh presiden Soekarno dengan dekrit tanggal 5 Juli 1959, keadaan negara semakin kacau. Soekarno makin dekat dengan PKI dan makin otoriter. Menghadapi suasana seperti itu, Mohammad Natsir dan partainya tetap memberikan masukan dan nasihat untuk pemerintah. Akhirnya karena sikap kritisnya itu, pada tahun 1960 Natsir dipenjarakan oleh Soekarno. Ia bebas dua tahun kemudian.
Setelah pemerintahan Soekarno tumbang, Natsir dan kawan-kawan seperjuangannya berusaha membangun kembali Mayumi yang sebelumnya dibubarkan Soekarno. Namun usahanya itu tidak berhasil karena dihalangi Soeharto. Kemudian Natsir bersama alim ulama lainnya mendirikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia pada tanggal 26 Februaari 1967 sebagai alat perjuangannya yang baru. Dewan Da’wah sendiri adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang dakwah. Natsir menjadi ketuanya hingga meninggal dunia pada tanggal 6 Pebruari 1993, dalam usia 84 Tahun.
b. Pendidikan menurut Muhammad Nasir
1. Urgensi Pendidikan
Menurut Mohammad Natsir, di dalam Islam pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting. Pandangan ini terlihat misalnya dari tulisan Natsir ketika membantah buku yang ditulis Dr. I.J. Brugmans yang berjudul Geschiedenis van het Onderwijs in Ned.Indie (Sejarah Pendidikan di Hindia Belanda) yang mengatakan bahwa Islam adalah agama penaklukan yang disebarkan dengan pedang.
Untuk menangkis kesimpulan itu, Natsir mengemukakan bahwa Islam pada hakikatnya adalah agama Tarbiyah atau agama pendidikan yang diajarkan oleh Tuhan kepada hambaNya. Salah satu dari sifatNya adalah Rabb yang artinya Maha Mendidik atau Maha Mengatur sekalian alam. Kata tarbiyah ini menurut Natsir mencakup masalah-masalah yang duniawi maupun ukhrawi, rohani maupun jasmani, intelektual maupun etika budi pekerti, formal maupun non-formal, dan ditujukan terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Karena Tarbiyah adalah proses yang tidak pernah berhenti maka menuntut ilmu, mendidik dan mendapatkan pendidikan adalah kewajiban sepanjang umur.
Menurut Natsir, maju mundurnya satu bangsa sangat ditentukan oleh sejauh mana perhatian bangsa tersebut dalam bidang pendidikan. Maka dalam pandangan Natsir pendidikan adalah masalah yang paling penting di tengah-tengah masyarakat, ia menulis, "Masalah pendidikan ini adalah masalah masyarakat, masalah kemajuan yang sangat penting sekali, lebih penting dari masalah yang lainnya".
Untuk membuktikan pendapatnya ini, Natsir memberikan dua contoh yang berlawanan. Satu negara yang maju karena memperhatikan masalah pendidikan bangsanya, satu lagi adalah negara yang tidak memperhatikan masalah pendidikan, sehingga menjadi negara tertinggal. Negara itu adalah Jepang dan Spanyol. Mengenai Jepang ia menulis, ” Bangsa Jepang, satu bangsa di Timur yang sekarang jadi buah mulut orang seluruh dunia lantaran majunya, masih akan tinggal terus dalam kegelapan sekiranya mereka tidak mengatur pendidikan bangsa mereka”. Sementara mengenai Spanyol Natsir menulis, ”Sepanyol, satu negeri di benua Barat, yang selama ini masuk golongan bangsa kelas satu, jatuh merosot ke kelas bawah, sesudah enak dalam kesenangan mereka dan tidak mempedulikan pendidikan pemuda-pemuda yang akan mengantian pujangga-pujangga bangsa di hari kelak”.
Kemudian Natsir juga menjelaskan lebih jauh kenapa pendidikan menjadi satu hal yang sangat penting dalam menentukan maju dan tidaknya satu bangsa. Menurutnya, kemunduran dan kemajuan satu bangsa tidak tergantung pada letak bangsa itu yang di timur atau di barat. Tidak juga tergatung kepada warna kulit bangsa itu. Yang menentukan adalah ada atau tidaknya sifat-sifat dan bibit-bibit kesanggupan yang menjadikan mereka layak atau tidak menjadi bangsa maju dan menduduki tempat yang mulia di dunia ini. Lalu darimanakah datangnya sifat-sifat dan bibit-bibit kesanggupan itu? Natsir menjawab, ”bergantung kepada didikan ruhani dan jasmani yang mereka terima untuk mencapai yang demikian.
Adapun mengenai pengertian pendidikan, Natsir menjelaskan:
Yang dinamakan didikan ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya. Pimpinan semacam ini sekurangnya antara lain perlu kepada dua perkara: a. Satu tujuan yang tertentu tempat mengarahkan didikan. b. Satu asas tempat mendasarkannya
Karena itulah landasan dan tujuan pendidikan adalah dua hal yang sangat diperhatikan oleh Natsir.

2. Landasan Pendidikan.
Mohammad Natsir memandang bahwa yang harus menjadi landasan pendidikan adalah tauhid. Ini misalnya terlihat pada pidato Natsir dalam rapat Persatuan Islam di Bogor pada tanggal 17 Juni 1934 dengan judul ”Ideologi Didikan Islam”. Juga terlihat dalam tulisannya di Pedoman Masyarakat pada tahun 1937 dengan judul ”Tauhid Sebagai Dasar Didikan”. Menurut Mochtar Naim, dalam dua tulisan itu dengan gamblang Natsir menggariskan bahwa ideologi pendidikan ummat Islam harus bertitik-tolak dari dan berorientasi kepada Tauhid.
Menurut Natsir, jika tauhid dijadikan landasan pendidikan ummat Islam maka pendidikan akan membentuk anak didik menjadi:
a. Memiliki kepribadian yang tangguh.
b. Berani mengarungi berbagai kesulitan hidup, bahaya, tipu daya dan bahkan malapetaka.
c. Berani mati demi tegaknya kebenaran dan perintah ilahi.
d. Membentuk keikhlasan, kejujuran dan keberanian serta rasa tanggung jawab untuk melaksanakan suatu tugas atau kewajiban yang diyakini kebenarannya.
Dengan kepribadian seperti diatas, maka seorang anak didik akan menjadi pribadi yang tangguh dalam melaksanakan tugas kemanusiaannya sebagai hamba Allah maupun sebagai mahluk sosial. Maka menurut Natsir tauhid sesungguhnya adalah landasan bagi seluruh aspek kehidupan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah swt.
Oleh karena itu menurut Natsir Tauhid harus diajarkan kepada anak sedini mungkin. Ia mencontohkan bagaimana di dalam al-Qur`an Allah swt menceritakan kisah Lukman al-Hakim yang mengajarkan anaknya mengenai Tauhid. Kemudian ketika Tauhid itu sudah menancap dalam hati seorang anak, maka ia akan menjadi orang yang hanya menghambakan dirinya kepada Allah swt. Inilah yang tercermin dalam pribadi Ismail as. Ia merelakan nyawanya demi memenuhi perintah Allah swt melalui mimpi yang diterima ayahnya Ibrahim as.

3. Tujuan Pendidikan
Bagi Mohammad Natsir, tujuan pendidikan sangat erat kaitannya dengan landasan pendidikan. Tujuan pendidikan itu harus sesuai dengan tujuan hidup manusia. Menurut Natsir, tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup. Adapun tujuan hidup menurutnya adalah menjadi hamba Allah. Menjadi hamba Allah ini bukanlah perkara yang mudah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang hamba agar menjadi hamba Allah. Pertama hamba Allah itu harus memiliki ilmu.
Maka menurut Natsir, seorag hamba Allah bukanlah orang yang mengasingkan diri ke hutan belantara kemudian disana ia sibuk shalat dan shaum saja. Seorang hamba Allah adalah orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah dan dijadkan sebagai pemimpin manusia. Mereka manuruti perintah Allah, berbuat baik kepada sesama mahluk dan beribadah kepada Tuhannya
4. Karakter Pendidikan Islam
Menurut Mohammad Natsir, pendidikan yang harus diberikan kepada anak didik adalah pendidikan yang memiliki sifat integral dan universal. Universal artinya pendidikan itu tidak terkait dengan Barat atau Timur. Karena bagi Natsir Barat dan Timur adalah sama, dua-duanya makhluk Allah yang bersifat baru (huduts). Pendapatnya ini didasarkan kepada karakter Islam yang tidak mengantagoniskan antara Barat dan Timur. Menurut Natsir Islam hanya mengantagoniskan antara hak dan bathil. Sehingga apa yang datang dari Timur jika itu bathil maka harus disingkirkan dan apa yang datang dari Barat jika itu hak maka harus diterima.
Sementara integral artinya pendidikan itu tidak mengenal pemisahan antara jasmani dan ruhani, maupun dunia dan akhirat. Sehingga pendidikan Islam itu mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dalam menghambakan diri kepada Allah swt dan dalam rangka membina hari esok yang lebih baik, di dunia maupun di akhirat. Mohammad Nasir sebagimaan juga kita, dihadapkan pada permasalahan dikotomi ilmu, antara ilmu umum dan ilmu agama. Menghadapi hal ini Natsir mencoba menjembataninya dengan mengisi kekurangan yang satu dengan kelebihan yang lain. Jadi sistem pendidikan yang bersifat universal, integral dan harmonis ini tidak lagi mengenal dikotomi antara pendidikan umum dan agama. Semua dasarnya adalah agama, apapun bidang dan disiplin ilmu yang dimasuki.
Pikiran Natsir diatas muncul setelah ia melihat kenyataan di lapangan pada masanya, bahwa praktik pendidikan yang dihadapi ummat, satu sama lain saling menegasikan dan bersebrangan. Di datu sisi, pendidikan klasikal ala Belanda yang baru diperkenalkan kepada masyarakat muslim Indonesia pada akhir abad 19 dan awal abad 20, terutama melalui kebijakan Politik Etis Belanda, sama sekali tidak mengajarkan dan menyentuh aspek-aspek agama. Sekularisme begitu jelas membayang-bayangi sistem pendidikan baru ini. Sementara di sisi lain, pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dan asli Indonesia bersikap antipati terhadap semua yang berbau Belanda. Sikap ini mudah untuk doifahami, mengingat sepanjang abad 19, pihak Pesantren dengan penuh semangat jihad fi sabilillah mengerakan berbagai elemen ummat dan masyarakat untuk berperang melawan penjajah Belanda. Oleh sebab itu apapun yang berbau Belanda dianggap buruk, termasuk sistem pendidikan yang ditawarkannya.
Adapun kelebihan Natsir dalam menghadapi keadaan seperti itu adalah bahwa ia mengenal dengan baik kedua sisi prakik pendidikan yang dihadapi ummat saat itu. Ketika kecil ia akrab dengan pendidikan model pesantren yang berupa pendidikan di Surau. Di waktu yang sama Natsir juga akrab dengan sistem pendidikan ala Belanda karena ia bersekolah di sekolah Belanda. Begitupun ketika Natsir menginjak dewasa. Dengan bersekolah di AMS, ia menjadi sangat hafal dengan sistem pendidikan Belanda. Sementara di saat yang sama, dengan mengaji kepada A. Hassan Natsir menjadi lebih akrab dengan sistem pendidikan Islam ala Pesantren. Latar belakang seperti itulah yang membuat Natsir memahami kedua model pendidikan itu. Sehingga kemudian munculah ide integralistik pendidikan. Bahkan kemudian Natsir mencoba menerapkan idenya itu di Pendis dan Pesantren Persis.

5. Tentang Pendidik.
Mohammad Natsir sangat memperhatikan masalah pendidik. Menurutnya anak-anak adalah amanah yang diberikan Allah swt kepada orangtua. Tugas orangtua adalah mendidik anak itu, karena sebagaimana yang dijelaskan rasulullah saw dalam satu haditsnya, setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dan orantuanyalah yang menentukan akan menjadi apa anaknya itu kelak, yahudikah, nasranikah atau majusikah. Kemudian Natsir menjelasakan bahwa kewajiban mendidik anak bukan hanya kewajiban yang sifatnya fardu ’ain bagi setiap orang tua, tapi juga fardu kifayah bagi segolongan dari ummat Islam ini. Artinya, ”Kaum muslimin wajib mengadakan dari antara kaum kita juga, satu golongan yang akan mendidik anak-anak kita, supaya didikan anak-anak itu jangan diserahkan kepada mereka yang tidak sehaluan, tidak sedasar, tidak seiman dan tidak seagama dengan kita”[33].


DAFTAR PUSTAKA

1. http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=54:pokok-pokok-pemikiran-pendidikan-alm-muhammad-natsir-dalam-memajukan-pendidikan-bangsa-dan-negara&catid=52:taujih&Itemid=131
2. http://dwisri.multiply.com/journal/item/6
3. http://amazingfilsafat.blogspot.com/2007/04/filsafat-pendidikan-al-farabi.html
4. http://www.averroes.or.id/thought/al-farabi-menguasai-hampir-setiap-subyek-yang-dipelajari.html

PENDIDIKAN DAN BUDAYA

PENDIDIKAN DAN BUDAYA
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pendidikan
Dosen pengampu: DR. Istiningsih M.PD







Disusun Oleh :

Muhammad Ghozali
(nim 07410252 / kelas pai F)




PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Merujuk pada Wikipedia, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” sebagai bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, culture (berasal dari kata Latin Colere) berarti mengolah atau mengerjakan, yang kemudian diindonesiakan menjadi “kultur”.Dalam pandangan J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yakni gagasan (kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh), aktivitas (sering pula disebut dengan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat dan tata kelakuan), dan artefak (wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan).Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan menjadi dua komponen utama. Pertama, kebudayaan material (mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, seperti temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci). Kedua, kebudayaan nonmaterial (ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional).
Merujuk pada pengertian tersebut, kebudayaan memiliki batasan yang cukup luas dan kompleks. Budaya tak hanya sebatas berkaitan dengan benda-benda “bersejarah” yang biasa dijual melalui paket pariwisata, tetapi yang tidak kalah penting justru yang berkaitan dengan pewarisan nilai-nilai luhur, termasuk nilai-nilai kearifan lokal, yang perlu terus dikembangkan dan dikemas secara kontinyu dan berkelanjutan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah peradaban sebuah bangsa. Jika upaya pewarisan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal itu terputus, maka yang terjadi kemudian adalah sebuah “kebiadaban budaya” yang akan menghancurkan masa depan sebuah bangsa dalam mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa yang terhormat dan bermartabat di tengah-tengah peradaban global dan mondial.
Namun, agaknya pemerintah kita cenderung memandang kebudayaan dari sisi ekonomi alias kebudayaan material an-sich yang ingin menjadikan budaya sebagai salah satu “ikon” pariwisata yang bisa mengalirkan devisa. Langkah semacam itu tidak salah, tetapi jika pewarisan dan pengembangan nilai-nilai kearifan lokal itu sudah berada pada titik nazir “pembiadaban budaya”, jangan salahkan jika kelak generasi masa depan negeri ini akan makin kehilangan kesejatian diri dan orientasi kulturalnya.

B. PENDIDIKAN DAN BUDAYA
Theodore Brameld dalam karyanya “Cultural Foundation of Education” (1957)
menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dengan kebudayaan berkenaan dengan satu urusan yang sama, dalam hal ini ialah pengembangan nilai. Sementara itu Edward B. Tylor dalam karyanya "Primitive Culture" (1929) menulis apabila kebudayaan mempunyai tiga komponen strategis, yaitu sebagai tata kehidupan (order), suatu proses (process) , serta bervisi tertentu (goals), maka pendidikan merupakan proses pembudayaan. Masih menurut Tylor, tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa adanya masyarakat; sebaliknya tidak ada kebudayaan dalam pengertian proses tanpa adanya pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas kita bisa memposisi pendidikan dengan kebudayaan di dalam tata hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal relationship); atau pendidikan merupakan variabel yang mendorong terjadinya perubahan kebudayaan di dalam tata hubungan asimetris di mana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya (causal asymetrical relationship) .
Komaruddin Hidayat mengungkapkan, pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengubah kebudayaan masyarakat sehingga meningkatkan peradaban. ”Pendidikan masuk ke ranah kebudayaan dan tidak terhenti pada ranah kelas serta Departemen Pendidikan Nasional,”
Dia berpandangan, pendidikan kewarganegaraan menjadi sangat penting. Dalam konteks Indonesia, pendidikan kewarganegaraan itu berisi, antara lain, mengenai pluralisme, yakni sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreativitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
”Tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat, akan lahir masyarakat egois. Pluralisme bukan anugerah, justru menjadi sumber konflik,” ujarnya
Sedangkan menurut Tjetje, "Seni dan sastra (Sunda) wajib diajarkan kepada siswa." Lemahnya nilai budaya lokal membuat masyarakat Indonesia menjadi orang lain. Padahal, suatu bangsa dapat maju jika masyarakatnya menjunjung tinggi budaya lokal. Penyelesaian masalah pendidikan di Indonesia, kata Tjetje, adalah dengan kembali ke jati diri sendiri. "Setidaknya, pendidikan mengandung unsur logika, etika dan estetika. Sayangnya, anak didik kita lebih banyak menyerap logika, sedangkan etika dan estetika terabaikan
Namaun sekarang ini pendidikan yang seharusnya diposisikan sebagai “domain” strategis untuk mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai budaya, disadari atau tidak, telah dikebiri. Perannya telah tergantikan oleh pemikiran para birokrat pariwisata dan kaum kapitalis yang melulu ingin “hidup” dari produk budaya yang telah berabad-abad lamanya menjadi penyangga martabat bangsa.
Pendidikan yang diselenggarakan selama ini masih terpisah dari budaya dan belum bermakna sebagai proses transformasi budaya menuju mantapnya kehidupan berbangsa. Pendidikan nasional saat ini baru sebatas menekankan pada kecerdasan akal.
Pendidikan gagal menyiapkan generasi muda yang berkemampuan tinggi dan memiliki nilai-nilai budaya yang diperlukan bagi kehidupan negara Indonesia yang modern.Untuk mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju kebudayaan nasionalnya, sekolah sebagai perwujudan sistem pendidikan nasional harus berperan sebagai pusat pembudayaan.Pendidikan saat ini hanya menekankan the culture of survival, belum the culture of liberation, yakni pendidikan untuk memberdayakan dan memerdekakan. Ini terlihat, antara lain, dari terlalu besarnya penekanan terhadap aspek kognitif, seperti terlihat dalam penyelenggaraan ujian nasional dan olimpiade- olimpiade
Jika kita melihat unas pasti dalam benak kita yang pertama muncul adalah les privat, menyiasati rumus-rumus yang panjang, try out, menyontek, mencuri dan menggondol soal Unas, bocoran soal Unas,polisi, lulus-tidak lulus dan kisruh. Semua yang tersebut adalah gambaran-gambaran pendidikan kita. Gambaran-ganbaran out put generasi bangsa kita, bangsa Indonesia. Dikuatkan lagi dengan beberapa kericuhan yang terjadi pada waktu pra Unas maupun pada hari pelaksanaan Unas
Lantas yang menjadi tanda tanya besar bagi kita adalah "Apa yang salah?" sehingga setiap pelaksanaan Unas selalu ada catatan hitam kecurangan dan kericuhan di dalamnya. Jika kita analisa setidak-tidaknya terdapat empat penyebab ketidakberesan dalam menyambut dan pelaksanaan serta pasca Unas ini yang kesemuanya bersumber dari budaya kita sendiri.
Pertama, kurangnya kita dalam menghargai sebuah proses. Dengan maraknya les privat menyebabkan para siswa lebih menanggungkan pelajarannya pada les tersebut. Sehingga mereka sering menyepelekan proses belajar di sekolah selama tiga tahun. Tak jarang juga para guru privat mengajarkan pada siswa penyiasata rumus-rumus yang panjang hingga menjadi pendek dan mudah tanpa mengajarkan alur rumus sebenarnya. Hal ini menjadikan siswa lebih senang mengerjakan sesuatu dengan instan tanpa berusaha dan berkerja keras yang berpengaruh pada masa dewasa kelak. Dan yang lebih parah lagi metode kebut Unas ini menjadikan ilmu yang ada pada siswa tidak akan bertahan lama, alias mudah lupa. Sedangkan bencana penuntut ilmu adalah lupa.
Kedua, kita lebih bangga dengan style dan gengsi daripada skill. Dengan adanya kasus-kasus pencurian dan pembocoran soal Unas yang dimaksudkan untuk meluluskan para peserta didik sehingga sekolah tersebut menjadi ternama dan terkenal dengan kualitasnya tanpa ada feedback yang bagus dalam esensinya, maka sekolah tersebut tak beda dengan tong kosong. Dengan kata lain, terjadai pembodohan pada siswa, wali murid, serta birokrasi sekolah oleh nama sekolah yang mencuat tinggi.
Ketiga, kita selalu tidak mau mengakui kelemahan dan kekurangan kita.Salah satu tujuan diadakannya ujian bagi para siswa adalah sebagai ukuran dari apa yang sudah dikuasai, dan apa yang belum dikuasai dari pelajaran yang mereka dapatkan. Akan tetapi, pada kenyataannya dalam ujian pasti ada kecurangan-kecurangan untuk memberi persepsi pada orang lain bahwa mereka pandai. Tidak mngakui kekurangan yang ada pada diri mereka sangat penting sekali untuk berinstropeksi diri, guna membangun masa depan cerah. Kelemahan-kelemahan kita saja tidak tahu dan tidak mau tahu, bagaimana kita akan melangkah kedepan yang penuh dengan halangan merintang?.
Keempat, masih lemahnya pendidikan kita. Meski standarisasi nilai ujian nasional masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara lain tapi masih saja ada kecurangan untuk mencapai standarisasi tersebut.
Keempat kebudayaan buruk kita diatas adalah sumber pemicu kerusuhan-kerusuhan yang terjadi dikalangan civitas akademik seluruh lembaga-lembaga pendidikan. Entah itu pada tingkat sekolah maupun universitas.
Betapapun sulit merubah kebudayaan, tapi setidaknya kita bisa menekannya hingga seminimal mungkin, misalnya dengan undang-undang tertentu yang cukup memberatkan tapi lumayan menyembuhkan. Dengan sanksi-sanksi yang berat, contoh barang siapa yang berusaha merusak kerahasiaan soal unas maka ia dipenjara bukan hanya lima tahun tapi 10 tahun penjara.
Adapun danpak dari ditinggalkannya budaya sendiri antaralain:
1. Jangan salahkan jika anak ataupun cucu kita tidak mengenal budaya sendiri, karena secara tidak langsung memang dikondisikan untuk tidak kenal.
2. Akan banyak kendala yang dihadapi karena pola pikir yang ditanamkan hanya yang bersifat logis, sehingga sumber daya manusia menjadi tidak peka terhadap rasa.
3. Kita akan menjadi orang asing di negeri kita sendiri karena kita tidak cukup tahu seluk beluk negeri kita yang beragam budaya.
4. Secara langsung ataupun tidak kita telah kembali dijajah dalam bentuk yang lain.
5. Kurangnya sifat kemandirian untuk mengusung negeri ini kearah sejahtera.
Simpulan di atas harus ditindaklanjuti secara seksama sebelum laju negeri ini berputar halauan dan tidak akan pernah sampai tujuan.
Seperti telah disebutkan diatas untuk mengatasi hal yang demikian sebaiknya pendidikan kita harus dikembalikan kepada pendidikan kebudayaan sendiri yang bersumber dari hati nurani yang tidak hanya menonjolkan kognitif namun juga etika dan estetika

1.http://sawali.info/2008/02/10/perceraian-antara-budaya-dan-pendidikan-tanya-kenapa/
2.http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Sistim%20Pendidikan%20Nasional%20-%20ki%20supriyono.pdf
3.http://www.penapendidikan.com/pendidikan-terpisah-dari-budaya/
4.http://www.rianto.com/public/transformasi.pdf





DAFTAR PUSTAKA
- http://www.penapendidikan.com/pendidikan-terpisah-dari-budaya/
- http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Sistim%20Pendidikan%20Nasional%20-%20ki%20supriyono.pdf
- http://sawali.info/2008/02/10/perceraian-antara-budaya-dan-pendidikan-tanya-kenapa/
- http://www.rianto.com/public/transformasi.pdf

Selasa, 23 Maret 2010

RPP SKI Kelas XII / 2 (genap)

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri 1 Klaten
Mata Pelajaran : SKI
Kelas / Semester : XII / 2 (genap)
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 30 Menit
Standar kompetensi : Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kompetensi Dasar :Menceritakan kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW.
A.Indikator
1.Siswa mampu Menyebutkan kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
2.Siswa mampu Mengidentifikasi kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
3.Siswa mampu menyampaikan informasi tentang kelahiran nabi Muhammad SAW
4.Siswa mampu mengambil hikmah dari kejadian luar biasa yang mengiringi Nabi Muhammad SAW.

B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran topik sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan strategi interaktif lecturing, diskusi, interactif kuis dan Tanya jawab peserta didik mampu :
Menyebutkan kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
Mengidentifikasi kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
Siswa mampu menyampaikan informasi tentang kelahiran nabi Muhammad SAW
Siswa mampu mengembil hikmah dari kejadian luar biasa yang mengiringi Nabi Muhammad SAW.


C.Materi Pembelajaran
Kelahiran Nabi Muhammad saw .
Berbagai keajaiban yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW

D.Metode Pembelajaran
1.Interactive lecturing
2.Diskusi
3.Interactif kuis
4.Tanya jawab
E.Langkah Pembelajaran
1.Kegiatan Awal ( 3 menit )
a.Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama.
b.Guru mengatur kelas dengan mengecek presensi siswa.
c.Guru menarik perhatian siswa
d.Apersepsi.
e.Guru memberikan pre-test.
f.Guru menjelaskan konsep umum mengenai peristiwa kelahiran nabi Muhammad SAW.
g.Guru menjelaskan secara singkat tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2.Kegiatan Inti ( 15 menit )
a.Guru menceritakan kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW.
b.Guru membentuk 2 kelompok diskusi
c.Guru meminta masing-masing kelompok untuk lebih mendalami materi dan saling bertukar pikiran antar anggota kelompok mengenai kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
d.Guru meminta masing-masing menceritakan kembali secara urut kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
e.Guru memberikan kuis untuk kedua kelompok tersebut
f.Menentukan kelompok mana yang ceritanya paling urut dan bagus serta nilai terbaik pada strategi pemberian kuis.
3.Kegiatan Akhir ( 2 menit )
a.Guru memberikan kesimpulan mengenai kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
b.Post-test
c.Guru menutup dengan salam.
F.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Hand Out tentang peristiwa lahirnya nabi Muhammad SAW dan kejadian luar biasa yang mengiringinya.
Beberapa gulungan kertas yang berisi pertanyaan tentang peristiwa lahirnya nabi Muhammad SAW dan kejadian luar biasa yang mengiringinya.
Buku bingkai Sejarah Kebudayaan Islam 2 untuk kelas III Madrasah Ibtidaiyah, terbitan PT Tiga Serangkai Mandiri, Solo.
Buku-buku sejarah lain yang relevan dengan materi.
Guru yang kompeten.
Internet
Pengalaman siswa.



G.Evaluasi
Indikator
Penilaian

teknik
bentuk
Menyebutkan kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
tes tertulis

tes uraian
Menyampaikan informasi tentang kelahiran nabi Muhammad SAW
lisan

tes unjuk kerja
Siswa mampu mengembil hikmah dari kejadian luar biasa yang mengiringi Nabi Muhammad SAW.
pengamatan

sikap
Mengidentifikasi kejadian luar biasa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW
tes tertulis

tes uraian

Contoh instrumen :
Tes tertulis bentuk uraian dan tes lisan bentuk unjuk kerja
Soal
1.Kapan dan dimana nabi Muhammad SAW dilahirkan ?
2.Mengapa tahun kelahiran nabi Muhammad SAW dinamakan tahun gajah?
3.Sebutkan 3 peristiwa luar biasa yang mengiringi lahirnya nabi Muhammad SAW?
Jawaban
1.Tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 571 M di makkah
2.Karena pada waktu itu kota makkah diserang oleh tentara bergajah yang dipimpin oleh raja Abrahah.
3.Ada tiga, yaitu :
Runtuhan empat belas anjung dewan Kisra Parsi
Terpadamnya api sembahan Majusi
Robohnya gereja-gereja di sekitar Tasik Sawah





Klaten, 15 april 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Sejarah Kebudayaan Islam


........................................... ...................................................
NIP. NIP.

RPPfiqh Kelas / Semester : X

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri 1 Kebumen
Mata Pelajaran : fiqh
Kelas / Semester : X
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 15 Menit
Standar kompetensi : Memahami hukum Islam tentang haji dan hikmahnya
Kompetensi Dasar : Mempraktikkan pelaksanaan haji sesuai ketentuan perundang-undangan tentang haji

A.Indikator
1.Siswa mampu mendeskripsikan sejarah tentang sa’i
2.Siswa mampu menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan sa’i
3.Siswa mampu mendemonstrasikan sa’I haji
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran topik Mempraktikkan pelaksanaan haji sesuai ketentuan perundang-undangan tentang haji dengan strategi interaktif lecturing ,demonstrasi, peserta didik mampu :
Siswa mampu mendeskripsikan sejarah tentang sa’i
Siswa mampu menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan sa’i
Siswa mampu mendemonstrasikan sa’I haji
C.Materi Pembelajaran
Sa’I adalah berjalan dari bukitsafa ke bukit marwahdan sebaliknya sekama 7 kaliyang dimulai dari bukit safa dan berakhir di bukit mrwah.
D.Metode Pembelajaran
1.Interactive lecturing
2.demontrasi
E.Langkah Pembelajaran
1.Kegiatan Awal ( 2 menit )
a.Guru memulai pembelajaran dengan salam dan do’a
b.Guru menarik perhatian siswa dengan cara mengatur kelas serta mengecek presensi siswa dan menumbuhukan motivasi belajar.
c.Guru menanyakan kepada siswa tentang wajib haji (apersepsi)
d.Guru memberikan pre-test sa’I pada haji
e.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
f.Guru menjelaskan secara singkat tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2.Kegiatan Inti ( 10 menit )
a.Siswa mendengarkan penjelasan mengenai sejarh sa’i beserta ketentuan pelaksanaannya
b.Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang belum dipahami
c.Siswa mendemonstrasikan sa’i haji
d.Siswa dan guru menilai hasil kerja para siswa
3.Kagiatan akhir (3 menit)
a.Guru beserta siswa menyimpulkan proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan materi tentang sa’i
b.Guru manayakan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari
c.Guru menutup dengan salam.
F.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku paket kelas X
Buku panduan haji
Buku kisah para nabi
Ms.wikipedia.org
sumber pembelajaran yang relevan

G.Evaluasi
Evaluasi proses : kektifan serta ketepatan dalam mendemonstrasikan sa’i



Klaten, 10 desember 2009

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Sejarah Kebudayaan Islam


Pak Ichsan. Muhammad Ghozali
NIP. xxxxxxx NIP. xxxxxxxx


















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Rpp ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen pengampu: Pak Ichsan






Disusn oleh:
Muhammad ghozali
Nim/ Kelas: : 0741252/pai 6




PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010

RPP SKI Kelas / Semester : XI / 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri 1 Blora
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : XI / 1
Pertemuan Ke- : 3 dan 4
Alokasi Waktu : ( 2 X 40 menit )
Standar Kompetensi : Memahami keteladanan dakwah Rasulullah dalam membina umat

Kompetensi Dasar : Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dan

Madinah.
A.Indikator
Siswa mampu :
Menjelaskan pengertian dakwah
Menyebutkan sahabat nabi yang termasuk السا بقو ن الاولون
Menyebutkan macam-macam cara nabi Muhammad SAW berdakwah
Mencontohkan beberapa peristiwa tentang tantangan dan penyiksaan kaum quraisy terhadap nabi dan para sahabatnya dalam berdakwah
Membedakan ciri-ciri dakwah nabi ketika di makkah dan di madinah
Mengambil ibrah dari peristiwa dakwahnya nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran topik peristiwa dakwah nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dengan strategi pembelajaran Inquiring what to know dan quiz team, peserta didik mampu :
Menjelaskan pengertian dakwah
Menyebutkan sahabat nabi yang termasuk السا بقو ن الاولون
Menyebutkan macam-macam cara nabi Muhammad SAW berdakwah
Mencontohkan beberapa peristiwa tentang tantangan dan penyiksaan kaum quraisy terhadap nabi dan para sahabatnya dalam berdakwah
Membedakan ciri-ciri dakwah nabi ketika di makkah dan di madinah
Mengambil ibrah dari peristiwa dakwahnya nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
C.Materi Pembelajaran
Dakwah menurut bahasa : mengajak, sedangkan menurut istilah : mengajak orang lain untuk menempuh jalan kebenaran.
sahabat nabi yang termasuk السا بقو ن الاولون : Khadijah, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar As-Siddiq, dan Ali bin Abu Thalib.
Ada dua macam cara nabi berdakwah : tersembunyi dan terang-terangan.
Contoh peristiwa tantangan dan penyiksaan terhadap nabi muhammad dan para sahabatnya.
Dakwah di makkah :
Tema : tauhid, hari pembalasan, dan kebaikan untuk sesama.
Audiens : politheis ( musyrik )
Dakwah di madinah :
Tema : ibadah dan muamalah
Audiens : muslim, yahudi, nasrani dan kaum munafiq
Kontekstualisasi : bahwa setiap kebenaran ditegakkan, selalu ada hambatan yang muncul, persoalannya bagaimana sikap kita menghadapi persoalan tersebut, jika kita bersikap sabar dan penuh toleransi, maka kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan.
D. Strategi Pembelajaran
Inquiring what to know
quiz team
E.Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan ( 20 menit )
1.Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama.
2.Guru mengatur kelas dengan mengecek presensi siswa.
3.Guru menarik perhatian siswa dengan menanyakan kabar
4.Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan pelajaran yang kemarin kepada para siswa.
5.Guru memberikan pre-test mengenai materi yang akan dipelajari secara umum.
6.Guru menjelaskan secara singkat tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti ( 40 menit )
1.Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian dakwah, serta sahabat-sahabat nabi yang termasuk السا بقو ن الاولون .
2.Guru meminta siswa berkomentar mengenai strategi nabi muhammad dalam berdakwah.
3.Siswa membacakan hand out tentang contoh peristiwa tantangan dan penyiksaan terhadap nabi muhammad dalam berdakwah.
4.Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada para siswa tentang perbedaan dakwah nabi muhammad pada periode makkah dan madinah.
5.Siswa berkelompok menjadi dua kelompok.
6.Masing-masing kelompok harus menjawab beberapa pertanyaan yang telah diberikan oleh guru dalam hand out masing-masing.
7.Bagi yang selesai pertama kali dalam menjawab soal, mendapatkan bonus point 20
8.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan apa-apa yang belum bisa dipahami oleh siswa tentang masalah dakwah nabi muhammad.
Kegiatan Penutup ( 10 menit )
1.Guru mengklarifikasi dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dan Madinah.
2.Guru memberikan beberapa pertanyan sebagai post-test.
3.Guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdalah dan berdoa bersama-sama.
F.Alat/bahan/sumber belajar
Hand Out tentang dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dan Madinah.
Dua lembar pertanyaan tentang dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dan Madinah.
Buku bingkai Sejarah Kebudayaan Islam 2 untuk kelas XI Madrasah Aliyah, terbitan PT Tiga Serangkai Mandiri, Solo.
Buku-buku sejarah lain yang relevan dengan materi.
Ensiklopedia Al-Qur,an dan Hadits.
Guru yang kompeten.
Tokoh masyarakat.
Majalah.
Surat kabar.
Internet www.sejarah kebudayaan islam.com.
Pengalaman siswa.

G.Penilaian
Indikator
Penilaian
teknik
bentuk
Menjelaskan pengertian dakwah
tes tertulis

tes uraian
Menyebutkan sahabat nabi yang termasuk السا بقو ن الاولون
lisan

tes unjuk kerja
Menyebutkan macam-macam cara nabi Muhammad SAW berdakwah
lisan

tes unjuk kerja
Mencontohkan beberapa peristiwa tentang tantangan dan penyiksaan kaum quraisy terhadap nabi dan para sahabatnya dalam berdakwah
lisan

tes unjuk kerja
Membedakan ciri-ciri dakwah nabi ketika di makkah dan di madinah
lisan

tes unjuk kerja
Mengambil ibrah dari peristiwa dakwahnya nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

lisan

tes unjuk kerja

Contoh instrumen :
Tes lisan bentuk unjuk kerja
Soal
1.Siapakah orang yang pertama kali masuk islam dari pihak budak ?
2.Apakah dalam dakwahnya, nabi muhammad mengharuskan seseorang masuk islam ?
3.Apa perbedaan dakwah nabi pada periode makkah dan madinah ?
4.Sebutkan contoh peristiwa tentang tantangan dan penyiksaan kaum quraisy terhadap nabi dan para sahabatnya dalam berdakwah !
Jawaban
1.Zaid bin Haritsah
2.Tidak, karena islam atau tidaknya seseorang itu kewenagan Allah, bukan nabi muhammad.
3.Dakwah di makkah :
Tema : tauhid, hari pembalasan, dan kebaikan untuk sesama.
Audiens : politheis ( musyrik )
Dakwah di madinah :
Tema : ibadah dan muamalah
Audiens : muslim, yahudi, nasrani dan kaum munafiq
4.Setiap kali berdakwah, nabi selalu diikuti abu lahab untuk menghasud orang yang diceramahinya sepaya tidak mengikuti ajakan nabi muhammad.




Yogyakarta, 16 desember 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Sejarah Kebudayaan Islam


........................................... ...................................................
NIP. NIP.























Contoh peristiwa tantangan dan penyiksaan kaum quraisy terhadap dakwah nabi muhammad saw :

Pada suatu hari ketika nabi sedang berdakwah di tengah kaum quraisy, beliau diikuti oleh abu lahab dari belakang untuk menghasud pada orang yang hadir agar jangan percaya omongan nabi. Dalam kesempatan itu beliau hanya diam saja dan meninggalkan tempat itu dengan sabar.


Ketika abu jahal sering melihat nabi bershalat di dekat ka’bah, maka dia bersumpah di hadapan kaum quraisy , jika muhammad esok pagi masih salat di dekat ka’bah, maka aku akan timpakan di atas kepalanya sebuah batu besar agar ia binasa.


Ketika nabi muhammad berseru di atas bukit safa memanggil orang quraisy untuk berkumpul di hadapan beliau, nabi mengajak mereka masuk islam. Ajakan itu disambut abu lahab dengan ejekannya : apakah hanya untuk ini kau kumpulkan kami ya muhammad ! semoga celaka kau. Karena itulah Allah menurunkan surat al-lahab sebagai ancaman kepada abu lahab dan istrinya.

















Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan singkat !

1.Pelajaran apa yang dapat diambil dari dakwah nabi muhammad beserta para sahabatnya !
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2.Sebutkan sifat- sifat nabi muhammad dalam berdakwah !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.Sebutkan contoh peristiwa tentang tantangan dan penyiksaan kaum quraisy terhadap nabi dan para sahabatnya dalam berdakwah
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.Sebutkan contoh toleransi nabi muhammad dalam berdakwah !
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
5.Bagaimana pendapat anda tentang dakwah nabi muhammad !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

BIMBINGAN DAN KONSELING

PERTEMUAN KEDUA
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pengertian Bimbingan
Proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian mencakup pada lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri.
Pengertian Bimbingan
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasihat
G = Gagasan
A = Asuhan
N = Norma
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar individu itu mandiri, dengan mempergunakan berbagai bahan, interaksi, nasehat dan gagasan, dalam suasana asuhan, dan berdasarkan norma-norma yang berlaku
Pengertian Konseling
K = kontak
O = orang
N = menangani
S = masalah
E = expert (ahli)
L = laras
I = integrasi
N = norma
G= Guna
Konseling adalah kontak antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan bagi klien
Pengertian Penyuluhan
P = pertemuan
E = empat mata
N = klien
Y = penyuluh
U = usaha
L = laras
U = unik
H = human (manusiawi)
A = ahli
N = norma
Penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang sedang menempuh usaha, dengan cara yang laras, unik dan manusiawi, yang bersifat keahlian, berdasarkan norma-norma yang berlaku
Pengertian Konseling
Upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dengan klien yang berisi usaha yang laras, unik, manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang

Pertemuan 3-4
Sejarah dan Latar Belakang BK
1. Sejarah BK di Amerika
2. Sejarah BK di Indonesia
3. Prinsip-prinsip BK
4. Fungsi BK
5. Tujuan BK
6.Asas-sas BK
Sejarah BK di Amerika
Sejarah BK diawali abad ke-20 di Amerika dengan didirikannya “Vocational Bureau” (1908) oleh Frank Parsons (The Father of Guidance)è yang menekankan pentingnya setiap individu untuk diberikan pertolongan agar merek dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelegensi dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya
Arthur E. Traxler and Robert D. North (Techniques of Guidance)
Akhir abad 19 awal 20 timbul gerakan kemanusiaan, yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini membantu Vocational Bureau Parsons dalam bidang keuangan agar dalam menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan bimbingan yang sebaik-baiknya
Pengaruh Agama
Agama è para rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah di mana ada pertentangan yang secara terus-menerus antara baik dan buruk. Karena itu bantuan sekolah untuk menyiapkan anak muda agar siap atau mampu hidup lebih baik sangat diperlukan. Dengan adanya aliran ini mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan di sekolah
Pengaruh Aliran Kesehatan Mental
Aliran Kesehatan Mental (Mental Hygiene) è dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala tingkat penyakit jiwa, pengobatan dan cara pencegahannya. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas di antara anak-anak muda.
Perubahan Masyarakat Pasca Perang Dunia Pertama dan Kedua
Akibat PD I dan II timbul pengangguran, depresi, perkembangan iptek, wajib belajar dll, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah, tanpa mengetahui untuk apa sekolah. Perubahan masyarakat seperti ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil
Gerakan Mengenal Siswa sebagai Individu
Gerakan ini erat kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual.
Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrumen di antaranya tes psikologis dan pengukuran
Sejarah BK di Amerika
1. Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
2. Agama
3. Aliran kesehatan mental
4. Perubahan dalam masyarakat
5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu
Sejarah BK di Indonesia
1. Sebelum Kemerdekaan
2. Dekade 40-an
3. Dekade 50-an
4. Dekade 60-an
5. Dekade 70-an
6. Dekade 80-an
7. Dekade Reformasi
Prinsip-prinsip BK
1. Prinsip-prinsip Umum
2. Prinsip-prinsip Khusus
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
Prinsip umum
1. Bimbingan berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku tersebut terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
2. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual dari individu yang dibimbing ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh undividu yang bersangkutan.
3. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
5. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
6. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
7. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
8. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
9. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu
Prinsip khusus yang berkenaan dengan individu
1. Bimbingan individu diadakan secara kontinyu artinya dilakukan secara terus menerus.
2. Bimbingan diberikan kepada semua siswa artinya baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah berhak mendapatkan layanan dan bimbingan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3. Ada kriteria untuk memberikan prioritas pelayanan bimbingan artinya konselor perlu membedakan siswa yang perlu didahulukan dan siswa yang bisa ditunda.
4. Bimbingan berpusat pada diri siswa, dalam pelaksanaan proses bimbingan kepentingan siswa yang perlu diperhitungkan dan didahulukan.
5. Bimbingan memenuhi kebutuhan individu yang beragam.
6. Keputusan terakhir ditentukan oleh individu yang bersangkutan.
7. Individu harus berangsur-angsur mampu membimbing dirinya sendiri, pada awalnya klien boleh bergantung pada konselor namun secara perlahan ia harus dibimbing untuk dapat mandiri dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
Prinsip yang berkaitan dengan pembimbing
1. Konselor melakukan tugas sesuai dengan kemampuan dan kewajibannya.
2. Pembimbing dipilih atas dasar kualifikasi pendidikan, kepribadian dan pengalaman.
3. Pembimbing mendapatkan kesem- patan untuk mengembangkan diri dan keahliannya melalui seminar, training, dsb sehingga kecakapan konselor semakin meningkat.
4. Pembimbing menggunakan informasi yang tersedia mengenai diri anak dan lingkungannya. Data anak dikumpulkan sejak awal sebagai dasar pijak dalam melaksanakan bimbingan.
5. Konselor menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi.
6. Konselor memperhitungkan fakta tentang lingkungan individu.
7. Konselor menggunakan berbagai metode dan teknik.
8. Pembimbing memanfatkan hasil penelitian dibidang prestasi, kemampuan, bakat, dan mnat.
Prinsip khusus berkaitan dengan administrasi BK
1. Ada catatan pribadi /Kartu Pribadi untuk setiap siswa.
2. Tersedia anggaran biaya.
3. Program bimbingan disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah.
4. Ada pengaturan dan pembagian waktu.
5. Ada tindak lanjut bagi individu yang dibimbing.
6. Menyediakan pelayanan secara individu dan kelompok.
7. Menjalin kerjasama dengan lembaga lain, materi bimbingan harus disiapkan.
8. Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam perencanaan dan pelaksanaan BK.
Fungsi, Tujuan dan Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Preventif (Pencegahan)
2. Fungsi Pemahaman
3. Fungsi Perbaikan
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pencegahan ( preventive ) , yaitu memberi bantuan kepada siswa sebelum ia menghadapi persoalan. Sebab pencegahan lebih mudah dari pada penyembuhan.
Fungsi pengembangan ( development ) ,yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa agar ia mampu mengembangkan diri secara optimal. Siswa menyadari akan potensi yang dimiliki dan berusaha memanfaatkan potensi tersebut dengan sungguh-sungguh.
Mencegah adalah
Menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien
Mempunyai dan menurunkan faktor organik dan stress, serta
Meningkatkan kemampuan pencegahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok
Fungsi Penyembuhan ( currate ), yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa selama atau setelah ia mengalami kesulitan.
Fungsi Pemeliharaan ( treatment ), yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa untuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental walaupun siswa tersebut dalam kondisi baik, tidak ada masalah yang dihadapi, ia juga perlu mendapatkan perhatian agar kondisinya tetap baik
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara khusus, layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karier.
Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri dan bertanggung jawab.
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan
Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif
Perkembangan Pribadi-Sosial
Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya
Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka senangi
Membuat pilihan secara sehat
Mampu menghargai orang lain
Memiliki rasa tanggung jawab
Mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi
Dapat menyelesaikan konflik
Dapat membuat keputusan secara efektif
Perkembangan Belajar
Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif
Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
Mampu belajar secara efektif
Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian
Perkembangan Karier
Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam lingkungan kerja
Mampu merencanakan masa depan
Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier
Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat
Asas-asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas alih tangan
12. Asas tut wuri handayani
Pun Lajengaken Pitakenan
1. IntanèAsas ke 12 itu piye?
Jawab: Jangan responsif
Ki Hadjar Dewantoro
Ing Ngarsa Asung Tuladha
Ing Madya Mangun Karsa
Tut Wuri Handayani
A = ha
Ahmad Pito è Asas Kerahasiaanè menceritakan dalam keluarga apakah termasuk pelanggaranè “Yes”
Keterbukaanè Klien sulit mengatasi masalah, keluarga yang menyampaikan masalahè bisakah menebak masalah?
Jawabè konselor hanya pandai mengungkap masalah klienè membuat catatan harian, lewat keluarga, dll=. .
Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islami
1. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat
2. Asas fitrah
3. Asas “lillahi ta’ala”
4. Asas bimbingan seumur hidup
5. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah
6. Asas keseimbangan rohaniah
7. Asas kemaujudan individu
8. Asas sosialitas manusia
Kesalahpahaman tentang Bimbingan dan Konseling
1. BK disamakan saja dengan pendidikan atau dipisahkan sama sekali dengan pendidikan
2. Konselor di Sekolah dianggap sebagai Polisi Sekolah
3. BK dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat
4. BK dibatasi pada hanya mengatasi masalah yang bersifat insidental
5. BK dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
6. BK melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal”
7. BK bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif
9. Menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja
10. Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja
11. Menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan Dokter/Psikiater
12. Menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat
13. Menyamakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
14. Memusatkan usaha BK hanya pada penggunaan instrumentasi BK
15. BK dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja
1. Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Tujuan akhir BK Islami adalah membantu klien/konseli mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan setiap muslim (QS Al-Baqarah, 2: 201)
Kebahagiaan hidup duniawi bagi seorang muslim merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama (QS Ar-Ra’ad, 13:26)
Kebahagiaan akhirat akan tercapai jika dalam kehidupan dunianya juga “mengingat Allah” (QS Ar-Ra’ad, 13:28-29)
Oki Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kehidupan keduniawian dan keakhiratan (QS Al-Qasas, 28:77)
2. Asas Fitrah
BK Islami membantu konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia lahir membawa fitrah, yaitu kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam (QS Ar-Rum, 30:30)
Fitrah kerapkali juga diartikan sebagai bakat, kemampuan atau potensi
1. Lepas dari pendidikan secara umum atau bahkan integral dg pendidikan
2. Polisi Sekolah
3. Pemberian nasihat
4. Kasus Insidental
5. Klien trt saja
6. orang sakit/kurang normal saja
7. Bekerja sendiri
8. Hanya konselor yg aktif
9. Bisa dilakukan siapa saja
10. Keluhan awal saja
11.
Pert. 5 ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP KERJA BK
A. Orientasi BK
1. Orientasi Perorangan
2. Orientasi Perkembangan
3. Orientasi Permasalahan
B. Ruang Lingkup Pelayanan BK
1. Pelayanan BK di Sekolah
2. Tanggung Jawab Konselor Sekolah
3. BK Keluarga
4. BK dalam lingkungan yang lebih luas
Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi adalah “pusat perhatian”/”titik berat pandangan”
Orang yang berorientasi agama, akan melihat pergaulan itu sebagai ladang ibadah.
Apakah yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya è Itulah yang dimaksud dengan orientasi BK
LANDASAN PELAKSANAAN BK DI SEKOLAH
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, selain berpijak pada keempat landasan tersebut juga perlu berlandaskan pada aspek pedagogis, religius dan yuridis-formal.
A. Pendahuluan
Layanan BK merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
B. Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk
Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern.
Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada
Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal.
Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Abin Syamsuddin tentang aspek-aspek kepribadian
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya.
Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama.
. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam BK. Menurut Gausel bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier. Moh. Surya mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
5. Landasan Paedagogis
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.
6. Landasan Religius
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.
7. Landasan Yuridis Formal
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh.
Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan filosofis terutama berkenaan dengan upaya memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.
Landasan psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang keragaman budaya.
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.
Layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada keempat aspek tersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasan pedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Ciri-ciri Hubungan Non-Direktif
1. Menempatkan klien pada kedudukan sentral, klienlah yang yang aktif untuk mengungkapkan dan mencari pemecahan masalah. Ini berarti bahwa hubungan ini menekankan pada aktivitas klien dan tanggung jawab klien sendiri.
2. Konselor berperan hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri. Jadi konselor berperan membantu klien dalam merefleksikan sikap dan perasaan-perasaannya.
Filsafat Rogers tentang Manusia
1. Inti sifat manusia adalah positif, sosial, menuju ke muka, dan realistik
2. Manusia pada dasarnya adalah kooperatif,. Konstruktif, dan dapat dipercaya
3. Manusia mempunyai tendensi dan usaha dasar untuk mengaktualisasi pribadi, berprestasi dan mempertahankan diri
4. Manusia mempunyai kemampuan dasar untuk memilih tujuan yang benar, dan membuat pemilihan yang benar, apabila ia diberi situasi yang bebas dari ancaman
Sifat Konselor yang Diharapkan
1. Kemampuan berempati
2. Kemampuan menerima klien
3. Kemampuan untuk menghargai klien
4. kemampuan memperhatikan
5. Kemampuan membina keakraban
6. Sifat keaslian
7. Sikap terbuka
2. Pendekatan Konseling Rasional-Emotif
Istilah lain dari “rational-emotive therapy”, yang pada intinya untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya.
Konselor berusaha agar klien makin menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional.
Ciri-ciri Konseling Rasional-Emotif
1. Dalam menelusuri masalah klien, konselor berperan lebih aktif daripada klien
2. Dalam proses hubungan konseling, harus diciptakan dan dipelihara hub. Baik dg klien
3. Hub yang baik ini untuk membantu klien mengubah cara berpikirnya yg tak rasional
4. Konselor tidak terlalu menelusuri kehidupan masa lalu klien
5. Diagnosis (rumusan masalah) ditujukan untuk membuka ketidaklogisan pola berpikir klien
Tujuan konseling Rasional-Emotif
Adalah untuk menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah yang merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan kata lain, konseling bertujuan membantu klien membebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide-idenya yang tidak logis dan menggantinya dengan cara-cara yang logis.
Teknik-teknik Konseling Rasional-Emotif
1. Teknik pengajaran è memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara dan menunjukkan sesuatu
2. Teknik konfrontasi è konselor menyerang ketidaklogisan berpikir klien
3. Teknik persuasif è meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya
4. Teknik pemberian tugas è menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu
10 penyebab manusia berpikir tidak rasional (Albert Ellis)
1. Seseorang pada hakekatnya ingin dihargai, dicintai ataupun disayangi oleh setiap orang
2. Seseorang ada kecederungan ingin yang serba sempurna dalam hidup ini
3. Tidak semua orang tergolong baik, ada pula yang jahat, kejam dan jelek
4. Kecenderungan memandang malapetaka sebagai sesuatu yang tidak diinginkan
5. Ketidaksenangan, ketidakpuasan, ketidakbahagiaan dipandang bersumber dari kondisi di luar dirinya semata
6. Seseorang memiliki kecederungan untuk hidup bergantung pada orang lain
7. Kecenderungan menghindari tanggung jawab (kesulitan2) daripada menghadapinya
8. Cenderung tidak menghiraukan masalah orang lain, karena tak ada sangkut pautnya dengan dirinya
9. Pengalaman masa lalu dipandang sbg faktor penentu tingkah laku masa kini (sekarang)
10. Cenderung mencari pemecahan masalah secara sempurna
Penerapan Teori Konseling Rasional-Emotif
Konselor yang berwibawa akan mampu membantu siswa yang mengalami gangguan mental atau gangguan emosional untuk mengarahkan secara langsung pada para siswa yang memiliki pola berpikir yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara berpikir mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan atau pandangan yang keliru itu menjadi rasional dan logis
Dua klien masalah sama (diputus doinya)è
Ngapain masa lampau kurang di gali-gali?
Albert Ellis semula pengikut Freud (Freudian) (psikoanalisa)
Paranoid
Pendekatan Konseling Analisis Transaksional
Eric Berne mengembangkan pendekatan ini untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Konseling Analisis Transaksional
1. Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan
2.Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok
3. Konselor membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya
4. Membantu kliaen dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru
ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA (Dorothy Law Nolte)
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia akan belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia akan belajar menyesali diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia akan belajar menyenangi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia akan belajar menyenangi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Istilah klinikal dalam konseling merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep bahka konselor bukanlah semata-mata penata dan pelaksana tes, tetapi ia juga menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang hakekat manusia
Hakekat Manusia (Edmund Griffith Williamson)
1. Klien pada umumnya rasional, yang harus membuat bermacam-macam keputusan untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan kepribadiannya. Keputusan itu membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang dapat diperolehnya, akan tetapi ia belum memiliki kesempatan untuk menggali dan memilikinya
Lanjutan Williamson
2. Sebagai akibatnya klien membutuhkan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman informasi tehnis yang dapat diberikan oleh seorang konselor yang memiliki kecakapan dan telah mendapatkan latihan di dalam bidang tersebut, supaya dia membuat keputusan yang memungkinkan untuk mencapai perkembangan dan kebahagiaan yang optimal sebagai anggota masyarakat
Langkah-langkah Konseling Klinikal
1. Analisis => kenapa siswa jarang masuk sekolah? Ditanyakan pada orang tua
2. Sintesis è dirangkum data yang ada yang mendukung
3. Diagnosisè menemukan masalah
4. Prognosis
5. Konseling atau treatment
6. Follow-up