Selasa, 23 Maret 2010

BIMBINGAN DAN KONSELING

PERTEMUAN KEDUA
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pengertian Bimbingan
Proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian mencakup pada lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri.
Pengertian Bimbingan
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasihat
G = Gagasan
A = Asuhan
N = Norma
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar individu itu mandiri, dengan mempergunakan berbagai bahan, interaksi, nasehat dan gagasan, dalam suasana asuhan, dan berdasarkan norma-norma yang berlaku
Pengertian Konseling
K = kontak
O = orang
N = menangani
S = masalah
E = expert (ahli)
L = laras
I = integrasi
N = norma
G= Guna
Konseling adalah kontak antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan bagi klien
Pengertian Penyuluhan
P = pertemuan
E = empat mata
N = klien
Y = penyuluh
U = usaha
L = laras
U = unik
H = human (manusiawi)
A = ahli
N = norma
Penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang sedang menempuh usaha, dengan cara yang laras, unik dan manusiawi, yang bersifat keahlian, berdasarkan norma-norma yang berlaku
Pengertian Konseling
Upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dengan klien yang berisi usaha yang laras, unik, manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang

Pertemuan 3-4
Sejarah dan Latar Belakang BK
1. Sejarah BK di Amerika
2. Sejarah BK di Indonesia
3. Prinsip-prinsip BK
4. Fungsi BK
5. Tujuan BK
6.Asas-sas BK
Sejarah BK di Amerika
Sejarah BK diawali abad ke-20 di Amerika dengan didirikannya “Vocational Bureau” (1908) oleh Frank Parsons (The Father of Guidance)è yang menekankan pentingnya setiap individu untuk diberikan pertolongan agar merek dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelegensi dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya
Arthur E. Traxler and Robert D. North (Techniques of Guidance)
Akhir abad 19 awal 20 timbul gerakan kemanusiaan, yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini membantu Vocational Bureau Parsons dalam bidang keuangan agar dalam menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan bimbingan yang sebaik-baiknya
Pengaruh Agama
Agama è para rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah di mana ada pertentangan yang secara terus-menerus antara baik dan buruk. Karena itu bantuan sekolah untuk menyiapkan anak muda agar siap atau mampu hidup lebih baik sangat diperlukan. Dengan adanya aliran ini mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan di sekolah
Pengaruh Aliran Kesehatan Mental
Aliran Kesehatan Mental (Mental Hygiene) è dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala tingkat penyakit jiwa, pengobatan dan cara pencegahannya. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas di antara anak-anak muda.
Perubahan Masyarakat Pasca Perang Dunia Pertama dan Kedua
Akibat PD I dan II timbul pengangguran, depresi, perkembangan iptek, wajib belajar dll, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah, tanpa mengetahui untuk apa sekolah. Perubahan masyarakat seperti ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil
Gerakan Mengenal Siswa sebagai Individu
Gerakan ini erat kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual.
Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrumen di antaranya tes psikologis dan pengukuran
Sejarah BK di Amerika
1. Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
2. Agama
3. Aliran kesehatan mental
4. Perubahan dalam masyarakat
5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu
Sejarah BK di Indonesia
1. Sebelum Kemerdekaan
2. Dekade 40-an
3. Dekade 50-an
4. Dekade 60-an
5. Dekade 70-an
6. Dekade 80-an
7. Dekade Reformasi
Prinsip-prinsip BK
1. Prinsip-prinsip Umum
2. Prinsip-prinsip Khusus
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
Prinsip umum
1. Bimbingan berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku tersebut terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
2. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual dari individu yang dibimbing ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh undividu yang bersangkutan.
3. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
5. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
6. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
7. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
8. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
9. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu
Prinsip khusus yang berkenaan dengan individu
1. Bimbingan individu diadakan secara kontinyu artinya dilakukan secara terus menerus.
2. Bimbingan diberikan kepada semua siswa artinya baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah berhak mendapatkan layanan dan bimbingan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3. Ada kriteria untuk memberikan prioritas pelayanan bimbingan artinya konselor perlu membedakan siswa yang perlu didahulukan dan siswa yang bisa ditunda.
4. Bimbingan berpusat pada diri siswa, dalam pelaksanaan proses bimbingan kepentingan siswa yang perlu diperhitungkan dan didahulukan.
5. Bimbingan memenuhi kebutuhan individu yang beragam.
6. Keputusan terakhir ditentukan oleh individu yang bersangkutan.
7. Individu harus berangsur-angsur mampu membimbing dirinya sendiri, pada awalnya klien boleh bergantung pada konselor namun secara perlahan ia harus dibimbing untuk dapat mandiri dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
Prinsip yang berkaitan dengan pembimbing
1. Konselor melakukan tugas sesuai dengan kemampuan dan kewajibannya.
2. Pembimbing dipilih atas dasar kualifikasi pendidikan, kepribadian dan pengalaman.
3. Pembimbing mendapatkan kesem- patan untuk mengembangkan diri dan keahliannya melalui seminar, training, dsb sehingga kecakapan konselor semakin meningkat.
4. Pembimbing menggunakan informasi yang tersedia mengenai diri anak dan lingkungannya. Data anak dikumpulkan sejak awal sebagai dasar pijak dalam melaksanakan bimbingan.
5. Konselor menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi.
6. Konselor memperhitungkan fakta tentang lingkungan individu.
7. Konselor menggunakan berbagai metode dan teknik.
8. Pembimbing memanfatkan hasil penelitian dibidang prestasi, kemampuan, bakat, dan mnat.
Prinsip khusus berkaitan dengan administrasi BK
1. Ada catatan pribadi /Kartu Pribadi untuk setiap siswa.
2. Tersedia anggaran biaya.
3. Program bimbingan disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah.
4. Ada pengaturan dan pembagian waktu.
5. Ada tindak lanjut bagi individu yang dibimbing.
6. Menyediakan pelayanan secara individu dan kelompok.
7. Menjalin kerjasama dengan lembaga lain, materi bimbingan harus disiapkan.
8. Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam perencanaan dan pelaksanaan BK.
Fungsi, Tujuan dan Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi Preventif (Pencegahan)
2. Fungsi Pemahaman
3. Fungsi Perbaikan
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pencegahan ( preventive ) , yaitu memberi bantuan kepada siswa sebelum ia menghadapi persoalan. Sebab pencegahan lebih mudah dari pada penyembuhan.
Fungsi pengembangan ( development ) ,yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa agar ia mampu mengembangkan diri secara optimal. Siswa menyadari akan potensi yang dimiliki dan berusaha memanfaatkan potensi tersebut dengan sungguh-sungguh.
Mencegah adalah
Menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien
Mempunyai dan menurunkan faktor organik dan stress, serta
Meningkatkan kemampuan pencegahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok
Fungsi Penyembuhan ( currate ), yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa selama atau setelah ia mengalami kesulitan.
Fungsi Pemeliharaan ( treatment ), yaitu bantuan yang diberikan kepada siswa untuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental walaupun siswa tersebut dalam kondisi baik, tidak ada masalah yang dihadapi, ia juga perlu mendapatkan perhatian agar kondisinya tetap baik
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara khusus, layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karier.
Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri dan bertanggung jawab.
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan
Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif
Perkembangan Pribadi-Sosial
Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya
Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka senangi
Membuat pilihan secara sehat
Mampu menghargai orang lain
Memiliki rasa tanggung jawab
Mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi
Dapat menyelesaikan konflik
Dapat membuat keputusan secara efektif
Perkembangan Belajar
Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif
Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
Mampu belajar secara efektif
Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian
Perkembangan Karier
Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam lingkungan kerja
Mampu merencanakan masa depan
Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier
Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat
Asas-asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas alih tangan
12. Asas tut wuri handayani
Pun Lajengaken Pitakenan
1. IntanèAsas ke 12 itu piye?
Jawab: Jangan responsif
Ki Hadjar Dewantoro
Ing Ngarsa Asung Tuladha
Ing Madya Mangun Karsa
Tut Wuri Handayani
A = ha
Ahmad Pito è Asas Kerahasiaanè menceritakan dalam keluarga apakah termasuk pelanggaranè “Yes”
Keterbukaanè Klien sulit mengatasi masalah, keluarga yang menyampaikan masalahè bisakah menebak masalah?
Jawabè konselor hanya pandai mengungkap masalah klienè membuat catatan harian, lewat keluarga, dll=. .
Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islami
1. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat
2. Asas fitrah
3. Asas “lillahi ta’ala”
4. Asas bimbingan seumur hidup
5. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah
6. Asas keseimbangan rohaniah
7. Asas kemaujudan individu
8. Asas sosialitas manusia
Kesalahpahaman tentang Bimbingan dan Konseling
1. BK disamakan saja dengan pendidikan atau dipisahkan sama sekali dengan pendidikan
2. Konselor di Sekolah dianggap sebagai Polisi Sekolah
3. BK dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat
4. BK dibatasi pada hanya mengatasi masalah yang bersifat insidental
5. BK dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
6. BK melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal”
7. BK bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif
9. Menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja
10. Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja
11. Menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan Dokter/Psikiater
12. Menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat
13. Menyamakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
14. Memusatkan usaha BK hanya pada penggunaan instrumentasi BK
15. BK dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja
1. Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Tujuan akhir BK Islami adalah membantu klien/konseli mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan setiap muslim (QS Al-Baqarah, 2: 201)
Kebahagiaan hidup duniawi bagi seorang muslim merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama (QS Ar-Ra’ad, 13:26)
Kebahagiaan akhirat akan tercapai jika dalam kehidupan dunianya juga “mengingat Allah” (QS Ar-Ra’ad, 13:28-29)
Oki Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kehidupan keduniawian dan keakhiratan (QS Al-Qasas, 28:77)
2. Asas Fitrah
BK Islami membantu konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia lahir membawa fitrah, yaitu kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam (QS Ar-Rum, 30:30)
Fitrah kerapkali juga diartikan sebagai bakat, kemampuan atau potensi
1. Lepas dari pendidikan secara umum atau bahkan integral dg pendidikan
2. Polisi Sekolah
3. Pemberian nasihat
4. Kasus Insidental
5. Klien trt saja
6. orang sakit/kurang normal saja
7. Bekerja sendiri
8. Hanya konselor yg aktif
9. Bisa dilakukan siapa saja
10. Keluhan awal saja
11.
Pert. 5 ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP KERJA BK
A. Orientasi BK
1. Orientasi Perorangan
2. Orientasi Perkembangan
3. Orientasi Permasalahan
B. Ruang Lingkup Pelayanan BK
1. Pelayanan BK di Sekolah
2. Tanggung Jawab Konselor Sekolah
3. BK Keluarga
4. BK dalam lingkungan yang lebih luas
Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi adalah “pusat perhatian”/”titik berat pandangan”
Orang yang berorientasi agama, akan melihat pergaulan itu sebagai ladang ibadah.
Apakah yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya è Itulah yang dimaksud dengan orientasi BK
LANDASAN PELAKSANAAN BK DI SEKOLAH
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, selain berpijak pada keempat landasan tersebut juga perlu berlandaskan pada aspek pedagogis, religius dan yuridis-formal.
A. Pendahuluan
Layanan BK merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
B. Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk
Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern.
Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada
Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal.
Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Abin Syamsuddin tentang aspek-aspek kepribadian
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya.
Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama.
. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam BK. Menurut Gausel bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier. Moh. Surya mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
5. Landasan Paedagogis
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.
6. Landasan Religius
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.
7. Landasan Yuridis Formal
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh.
Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan filosofis terutama berkenaan dengan upaya memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.
Landasan psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang keragaman budaya.
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.
Layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada keempat aspek tersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasan pedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Ciri-ciri Hubungan Non-Direktif
1. Menempatkan klien pada kedudukan sentral, klienlah yang yang aktif untuk mengungkapkan dan mencari pemecahan masalah. Ini berarti bahwa hubungan ini menekankan pada aktivitas klien dan tanggung jawab klien sendiri.
2. Konselor berperan hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri. Jadi konselor berperan membantu klien dalam merefleksikan sikap dan perasaan-perasaannya.
Filsafat Rogers tentang Manusia
1. Inti sifat manusia adalah positif, sosial, menuju ke muka, dan realistik
2. Manusia pada dasarnya adalah kooperatif,. Konstruktif, dan dapat dipercaya
3. Manusia mempunyai tendensi dan usaha dasar untuk mengaktualisasi pribadi, berprestasi dan mempertahankan diri
4. Manusia mempunyai kemampuan dasar untuk memilih tujuan yang benar, dan membuat pemilihan yang benar, apabila ia diberi situasi yang bebas dari ancaman
Sifat Konselor yang Diharapkan
1. Kemampuan berempati
2. Kemampuan menerima klien
3. Kemampuan untuk menghargai klien
4. kemampuan memperhatikan
5. Kemampuan membina keakraban
6. Sifat keaslian
7. Sikap terbuka
2. Pendekatan Konseling Rasional-Emotif
Istilah lain dari “rational-emotive therapy”, yang pada intinya untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya.
Konselor berusaha agar klien makin menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional.
Ciri-ciri Konseling Rasional-Emotif
1. Dalam menelusuri masalah klien, konselor berperan lebih aktif daripada klien
2. Dalam proses hubungan konseling, harus diciptakan dan dipelihara hub. Baik dg klien
3. Hub yang baik ini untuk membantu klien mengubah cara berpikirnya yg tak rasional
4. Konselor tidak terlalu menelusuri kehidupan masa lalu klien
5. Diagnosis (rumusan masalah) ditujukan untuk membuka ketidaklogisan pola berpikir klien
Tujuan konseling Rasional-Emotif
Adalah untuk menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah yang merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan kata lain, konseling bertujuan membantu klien membebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide-idenya yang tidak logis dan menggantinya dengan cara-cara yang logis.
Teknik-teknik Konseling Rasional-Emotif
1. Teknik pengajaran è memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara dan menunjukkan sesuatu
2. Teknik konfrontasi è konselor menyerang ketidaklogisan berpikir klien
3. Teknik persuasif è meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya
4. Teknik pemberian tugas è menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu
10 penyebab manusia berpikir tidak rasional (Albert Ellis)
1. Seseorang pada hakekatnya ingin dihargai, dicintai ataupun disayangi oleh setiap orang
2. Seseorang ada kecederungan ingin yang serba sempurna dalam hidup ini
3. Tidak semua orang tergolong baik, ada pula yang jahat, kejam dan jelek
4. Kecenderungan memandang malapetaka sebagai sesuatu yang tidak diinginkan
5. Ketidaksenangan, ketidakpuasan, ketidakbahagiaan dipandang bersumber dari kondisi di luar dirinya semata
6. Seseorang memiliki kecederungan untuk hidup bergantung pada orang lain
7. Kecenderungan menghindari tanggung jawab (kesulitan2) daripada menghadapinya
8. Cenderung tidak menghiraukan masalah orang lain, karena tak ada sangkut pautnya dengan dirinya
9. Pengalaman masa lalu dipandang sbg faktor penentu tingkah laku masa kini (sekarang)
10. Cenderung mencari pemecahan masalah secara sempurna
Penerapan Teori Konseling Rasional-Emotif
Konselor yang berwibawa akan mampu membantu siswa yang mengalami gangguan mental atau gangguan emosional untuk mengarahkan secara langsung pada para siswa yang memiliki pola berpikir yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara berpikir mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan atau pandangan yang keliru itu menjadi rasional dan logis
Dua klien masalah sama (diputus doinya)è
Ngapain masa lampau kurang di gali-gali?
Albert Ellis semula pengikut Freud (Freudian) (psikoanalisa)
Paranoid
Pendekatan Konseling Analisis Transaksional
Eric Berne mengembangkan pendekatan ini untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Konseling Analisis Transaksional
1. Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan
2.Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok
3. Konselor membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya
4. Membantu kliaen dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru
ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA (Dorothy Law Nolte)
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia akan belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia akan belajar menyesali diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia akan belajar menyenangi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia akan belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia akan belajar menyenangi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Istilah klinikal dalam konseling merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep bahka konselor bukanlah semata-mata penata dan pelaksana tes, tetapi ia juga menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang hakekat manusia
Hakekat Manusia (Edmund Griffith Williamson)
1. Klien pada umumnya rasional, yang harus membuat bermacam-macam keputusan untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan kepribadiannya. Keputusan itu membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang dapat diperolehnya, akan tetapi ia belum memiliki kesempatan untuk menggali dan memilikinya
Lanjutan Williamson
2. Sebagai akibatnya klien membutuhkan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman informasi tehnis yang dapat diberikan oleh seorang konselor yang memiliki kecakapan dan telah mendapatkan latihan di dalam bidang tersebut, supaya dia membuat keputusan yang memungkinkan untuk mencapai perkembangan dan kebahagiaan yang optimal sebagai anggota masyarakat
Langkah-langkah Konseling Klinikal
1. Analisis => kenapa siswa jarang masuk sekolah? Ditanyakan pada orang tua
2. Sintesis è dirangkum data yang ada yang mendukung
3. Diagnosisè menemukan masalah
4. Prognosis
5. Konseling atau treatment
6. Follow-up

Tidak ada komentar:

Posting Komentar